Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Amini: Petugas RS yang Menyelamatkan Meilany (59)

 Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Amini: Petugas RS yang Menyelamatkan Meilany (59)

Kisah adopsi Meilany didapatkan secara utuh lewat adik mendiang Amini (kiri) dan istrinya saat ditemui di Pasuruan 21 Agustus 2022.-Lady Khairunnisa/Harian Disway-

Meilany beruntung bisa menemukan keluarga Amini. Mereka lebih tahu banyak hal ketimbang suami dan anak-anak Amini yang ditemui di Pasuruan, Minggu, 21 Agustus 2022. Ada banyak fakta baru dari pertemuan tanpa rencana itu.

—-

Setelah rombongan Mijn Roots dan Meilani duduk di ruang tamu rumah keluarga Amini, ada banyak anggota keluarga yang ikut bergabung. Mereka mengambil kursi plastik karena tempat duduknya tidak cukup.

Mobil kami memang cuma satu. Namun, isinya penuh dengan enam orang. Tuan rumah juga tidak menduga kedatangan kami. Semua terjadi tanpa rencana. Informasi tentang rumah keluarga Amini itu didapat dari tetangga Atemon, suami Amini.

Pemilik rumah itu seorang pria lanjut usia (lansia). Ia duduk di kursi roda didampingi anak-anaknya.

Salah satu perempuan itulah yang membukakan pintu untuk kami. Seorang ibu dengan kemeja marun bermotif bunga. Di sampingnya ada perempuan satu lagi yang tampak jauh lebih muda darinyi.  

Mereka bertanya-tanya, kenapa tiba-tiba ada rombongan orang asing yang datang mengetuk rumah mereka. Searcher Mijn Roots Repta Octarea Venaz langsung memperkenalkan diri dan mengutarakan maksud kedatangan rombongan Mijn Roots. 

”Permisi sebelumnya, kami dari Surabaya, dan tadi habis dari rumah Bapak Atemon. Apakah benar ya Ini rumah keluarga Ibu Amini?” tanya Repta dengan sopan. 


Jembatan penerjemah dalam pencarian orang tua kandung Meilany adalah Repta (berkerudung). Jasanya begitu besar untuk anak-anak adopsi yang mencari orang tua kandung di Indonesia.-Lady Khairunnisa/Harian Disway-

”Oh, iya benar saya iparnya, ada keperluan apa ya Mbak kok rame-rame gini?” jawab ibu tersebut keheranan. 

”Jadi begini, kami sedang mencari keluarga Ibu Amini karena di sini kami sedang bersama Meilany. Dia anak adopsi yang dibawa ke Belanda dan sekarang sedang mencari ibu kandungnyi di Indonesia. Dan menurut dokumen, Ibu Amini adalah Ibu dari Meilany,” ucap Repta.

Mendengar itu, laki-laki yang sedang duduk di kursi roda tampak sedikit kaget, ekspresinya menyiratkan sesuatu yang tidak biasa. Ia tahu sesuatu.

Rapta melanjutkan penjelasannya. ”Jadi, mungkin di sini kita ingin bertanya-tanya tentang sosok Ibu Amini ke keluarga, karena kan katanya Ibu Amini ini sudah meninggal beberapa tahun yang lalu,” lanjut Repta.

Mendengar penjelasan Repta, laki-laki di kursi roda itu kemudian menyahut, ”Iya benar, ini rumah dari keluarga Ibu Amini. Saya sendiri adiknya.”

Perempuan yang ada di sebelahnya juga turut menyahut. ”Lho, Meilany? Iki anak wedok sing bien digendongi pas jek cilik ta? (Lho Meilany? Ini bayi perempuan yang dulu sring digendong waktu kecilkah)?” katanyi sambil berbisik-bisik dengan bahasa Jawa ke anggota keluarganya. 

Semua tercengang. Termasuk kami yang paham bahasa Jawa.

Mendengar itu, Repta jadi penasaran, ”Benarkah Bu kalau dulu Ibu Amini pernah punya anak perempuan?” lanjut Repta.

”Dulu Amini memang pernah punya anak perempuan, selain dua anaknyi yang sekarang,” jawab laki-laki di kursi roda itu. Repta langsung menerjemahkan kalimatnya ke bahasa Inggris agar Meilany paham.

Meilany juga kaget dengan jawaban itu. Dia langsung menitipkan pertanyaan ke Repta: Apakah benar anak perempuan yang dimaksud itu adalah dirinyi?

Adik Amini lalu menjelaskan sebuah cerita yang membuat kami tercengang. Dahulu, pada 1983, Amini memang pernah punya anak angkat perempuan. Dia adalah anak yang diadopsi dari Rumah Sakit Panca Dharma.

Orang Pasuruan mengenalnya dengan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Panca Dharma. Letaknya di Jalan Raya 14 A Pandaan, Sukorejo, Gadingrejo, Pasuruan. Tak jauh dari rumah Amini.


Sebelum pulang, Meilani berfoto dengan adik ipar Amini yang tahu banyak kisah adopsinyi.-Lady Khairunnisa/Harian Disway-

Biyen Mbak Amini iku megawe ndek Panca Dharma, terus moro-moro dee balik-balik nggowo bayi wedok (Dulu Kakak Amini itu kerja di Rumah Sakit Panca Dharma, lalu tiba-tiba dia membawa pulang seorang bayi perempuan, Red),” ucap pria itu sambil mengingat-ingat kejadian yang terjadi 39 tahun lalu itu.

Amini adalah pegawai kebersihan di rumah sakit tersebut. Ketika melihat seorang anak perempuan terbengkalai sendirian, dia merasa iba. Amini berinisiatif untuk merawat Meilany.

Keputusan tersebut tentu dipertanyakan keluarga. Sebab, Amini hidup pas-pasan. ”Dulu beli susu enggak mampu,” ujar pria itu. Karena itulah, Amini menyerahkan Meilany ke orang asing yang bersedia merawat Meilany. Tak disangka, dia dicabut dari akarnyi: Indonesia. 

Pria itu menangis. Meilany tak merespons karena tak paham bahasa Jawa. Repta mencoba menerjemahkan. Anda sudah bisa membayangkan bagaimana ekspresi Meilany saat itu. (Lady Khairunnisa-Salman Muhiddin) 

Kronologi Proses Adopsi Meilany, BACA BESOK!

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: