Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Berakhir di RSIA Panca Dharma (63)

 Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Berakhir di RSIA Panca Dharma (63)

RS Panca Dharma di Pasuruan sudah tutup. Banyak anak adopsi yang dilahirkan di sana.-Lady Khairunnisa/Harian Disway-

Meilany sudah mengunjungi tiga tempat di tanah kelahirannyi: Kabupaten Pasuruan, Minggu, 21 Agustus 2022. Dia sudah ke rumah Atemon dan Sudirnoto: suami dan adik kandung ibu akngkatnyi, Amini. Juga, sudah ke makam Amini. Matahari masih tinggi. Masih ada waktu untuk berkeliling.

 

MEILANY beranjak dari makam Amini setelah setengah jam duduk bersimpuh. Dia mengusap air mata yang membanjiri pipinyi. ”Setelah ini kita mau ke mana, ya?” kata Meilany yang diterjemahkan dari bahasa Inggris.

 

Kami menyarankan untuk melanjutkan perjalanan ke Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Panca Dharma. Dia harus mengunjungi tempat kelahiran yang tertera di dokumen adopsinyi. 

 

Mobil kami melaju kembali melewati jalan raya antarkota. Dari Google Map, lokasinya tidak terlalu jauh: Jalan Raya Sukorejo No 28, Genengan Wetan, Sukorejo, Pasuruan. Tak perlu waktu lama, kami sampai di rumah sakit itu.

 

Searcher Mijn Roots Nasir memarkir mobil di seberang jalan. RS tiga lantai itu tampak begitu kusam dan tak terawat. Cat merah jambunya sudah banyak yang mengelupas. Pagar besinya yang rendah juga sudah berkarat.

 

Tak ada yang berjaga di sana. Rupanya RSIA Panca Dharma sudah tutup. Repta dan Nasir sudah tahu itu. 

 

Ada beberapa anak adopsi yang dibawa ke Belanda yang lahir di sana. RS tersebut juga berkaitan dengan Panti Asuhan Panca Dharma yang juga sudah tak beroperasi.


Meilany tampil cantik dengan kabaya hitam saat di Jogjakarta Agustus 2022.-Dok Meilany- 

 

Kami sangat menduga, ada oknum yang terlibat di lingkaran setan perdagangan manusia di RS dan panti asuhan itu. Dari berbagai kasus yang ditangani Mijn Roots, anak-anak adopsi itu berasal dari RS, panti asuhan, atau yayasan. Ada uang besar yang berputar di bisnis adopsi itu.

 

Kami tak mampir lama-lama di sana. Mobil harus kembali mengaspal ke Surabaya. Namun, Meilany teringat nama Jumiati, seorang perawat yang pernah bekerja di Rumah Sakit Panca Dharma.

 

Setelah dicek, rumahnya ternyata di seberang RS tersebut. Akhirnya, Meilany berjalan ke pintu rumah itu. Meilany berharap bisa mendapatkan informasi yang lebih detail tentang sejarah adopsinyi dari Jumiati.

 

Pintu diketuk, seorang pria muncul: anak Jumiati. Ia mengatakan, Jumiati masih umrah ke Tanah Suci. Mungkin sepekan lagi baru pulang.

 

Mendengar itu, Meilany jadi sedih. Sebab, dia harus ke Belanda beberapa hari lagi. Dia begitu yakin bisa menggali fakta-fakta dari Jumiati. ”Saya rasa, kita lebih baik mencari makan saja dan kembali ke Surabaya,” ucap Meilany yang sudah tampak lelah.

 

Akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke Surabaya, ke utara. Saat perjalanan pulang itu, kami semua sangat lelah. Meilany dan Ilse beberapa kali tertidur selama perjalanan. Begitu pun saya dan Repta yang duduk di kursi belakang.

 


Tim pencari orang tua kandung yang menemani Meilany.-Dok Meilany-

 

Ketika sampai di daerah Surabaya Barat, Meilany bilang masih ingin mencoba gado-gado. 

 

Lalu, tiba-tiba Bob punya ide untuk mengajak Meilany makan di restoran Belanda yang pernah didatangi tim Harian Disway, Bob, Sumi Kasiyo, dan Tim van Wijk beberapa pekan sebelumnya. 

 

Kami melanjutkan obrolan di restoran Kayanna sembari Meilany menceritakan beberapa hal tentang perjalanan hari itu. Meilany mengatakan bahwa dirinyi masih ingin kembali ke Sukorejo, Pasuruan, untuk menemui Jumiati. 

 

”Aku harap aku bisa kembali ke Pasuruan untuk menemui Jumiati di waktu yang tepat,” kata Meilany penuh harap.

 

Dengan sigap, Repta juga menyahut. ”Kami juga akan membantumu untuk mencari informasi tentang perawat Jumiati,” katanyi sambil tersenyum. 

 

Beberapa menit kemudian, gado-gado yang kami pesan datang. Senyumnya merekah. Perut yang keroncongan sudah tidak berbunyi lagi.  

 

Sebelum pulang, Meilany mengundang saya untuk nongkrong di Cafe Rooftop Great Diponegoro Hotel keesokan harinya. Oke siap, Kak Mei! Ceritanya dilanjut besok saja. Semua butuh istirahat. (Lady Khairunnisa)

 

Tampil di Acara TV Belanda Spoorloos. BACA BESOK!

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: