Miniseksi+SIR; Kolaborasi Mola Art Gallery-Ruang Dalam Art House (2); Menantang tapi Asyik
--
CIMAHI, HARIAN DISWAY - Berkarya dalam dimensi kecil bukan lantas lebih memudahkan. Menantang sekaligus asyik. Sebanyak 19 perupa dalam Miniseksi+SIR yang dibawa Ruang Dalam Art House bersama Mola Art Gallery itu, punya proses pengalaman personal saat menaklukkan media yang mungil.
Buat Desy Gitary, Dikco Ayudya, Donni Arifianto, Duvrart Angelo, Ismanto Wahyudi. Jessica Puteri Wilhelmina, Joelya Nurjanti, Jon Kabila, Muhammad Alfariz, Oktaviyani, Palito Perak, Prabu Perdana, Prajna Dewantara, Radetyo Itok Sindhu Utomo, Ridho Scoot, Rizal Misilu, Syam Terrajana, Wildan Riots, dan Yaksa Agus, bisa jadi size doesn't matter. Yang kecil sekalipun.
Suasana opening pameran Miniseksi+SIR yang dilaksanakan pada 5 Oktober lalu. Tampak sebagian perupa yang datang saat dikenalkan.
Namun untuk pengalaman pertama melukis di atas kanvas kecil, maka size matter juga. Seperti buat Wildan yang baru perdana melukis dengan media kecil. "Tapi itu bukan menjadi kendala yang menghentikan langkah saya untuk berani berproses menerima tantangan Ruang Dalam Art House dan Mola Art Gallery dalam karya mini, tapi justru saya ingin mengatasinya," kata Wildan.
Karya kecil untuk pameran ini memang baru pertama kalinya dibuat Wildan. Kendala utama adalah waktu. Ternyata melukis di media kecil justru membutuhkan waktu yang lebih lama dari ukuran normal yang dia biasa respons. "Enggak tahu kalau bisa dua kali lipat lebih lama," ujarnya.
Seperti juga Ismanto Wahyudi dari Yogyakarta yang berkarya dalam judul Small Acts Big Challenge #1 hingga #5. Dia mengaku sangat antusias ketika diminta berkarya kecil. Terutama bagaimana menarasikan visual dan pesan dengan format yang terbatas tapi sampai. "Saya sih tertantang banget apalagi belum pernah melukis di media sekecil ini," katanya.
-Prabu Perdana, Radetyo Itok Sindhu Utomo, dan Palito Perak-
Dalam lima karya itu, ada persoalan yang Ismanto bawa yaitu tentang besar dan kecil yang saling mempengaruhi. "Bahwa sesuatu yang kecil dan besar sebenarnya sama-sama punya masalahnya sendiri. Kecil akan menjadi besar. Besar pun bisa jadi suatu saat jadi kecil. Tapi saya menyampaikan keduanya menjadi sesuatu ke arah positif," katanya.
Terbiasa dengan format kecil, Desy justru sudah menemukan kenikmatan berkarya kecil. Di pameran Miniseksi+SIR ini tantangannya justru pada idenya. "Untuk Miniseksi+SIR aku pikirin lama banget. Enggak bisa cepat. Justru sebaliknya. Dalam judul Life Goes On, Hard Work, Perilakumu Mahkotamu, dan Flowery Heart, akhirnya saya nemu persoalan sehari-hari saja. Pasti banyak yang mengalami itu profesi apa pun. Kerja keras namun terpelanting karena faktor X, lalu merasa tidak adil, dan sebagainya," ungkapnya.
Senada dengan Desy, media kecil tetap menantang Yaksa meskipun dia sebenarnya telah terbiasa berkarya yang lebih kecil dari itu.
Tantangannya yang paling pertama adalah menghalau rasa meremehkan ukuran kecil tersebut. Malah sering kali mendorongnya malas mengeluarkan gagasan besar atau ide cerdas di media dengan ukuran kecil. Sementara sesungguhnya karya besar atau masterpiece bukan karena ukuran besar.
Sama dengan Desy, tantangan terberatnya lagi adalah menuangkan gagasan yang menandai zaman di media kecil itu. "Bagaimana agar bukan sekadar bermain-main ya," ujar Yaksa yang berkarya seputar pandemi Covid-19.
Duvrart Angelo, Wildan Riots, Ismanto Wahyudi, Prajna Dewantara, Joelja Noerjanti, Jessica Putri Wilhemina, dan Jon Kabila
Ditambahkan Direktur Galeri MAG Ibnu Farhan, Miniseksi+SIR yang membawa karya dalam dimensi kecil amat tepat untuk disajikan di galerinya. Ukuran karya yang bisa dibilang mungil mengundang publik melihat 19 karya yang dibawa Ruang Dalam Art House dengan in-house curator Gusmen Hariadi untuk beralih tempat.
Dari Yogyakarta, program yang dilaksanakan setiap tahun itu akhirnya bisa mengisi program ketiga Mola Art Gallery yang berlokasi di Cimahi. ”Kami sebagai partner kolaborasi pelaksana pameran sangat happy dengan Miniseksi+SIR karena ada nuansa baru di sini.
Dijelaskan Ibnu, peserta pameran adalah para seniman yang diundang secara khusus oleh kedua galeri yang berkolaborasi yaitu Mola Art Gallery dan Ruang Dalam Art House berdasarkan pertimbangan kurator dan manajemen program. "Kami benar-benar bisa saling melengkapi. Kekuatan dua poros yang makin membuat pameran ini sangat seksi," tegasnya. (Heti Palestina Yunani)
Indeks: Karya dipresentasikan dengan memikat di ruang Mola Art Gallery, baca selanjutnya…
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: