Menakar Peran Forum Rektor Indonesia

Menakar Peran Forum Rektor Indonesia

Bagong Suyanto-Dokumentasi Pribadi-

KONFERENSI Forum Rektor Indonesia (FRI) 2022 diselenggarakan di Airlangga Convention Center (ACC), Surabaya, 29-30 Oktober 2022. Acara itu diikuti 345 pimpinan perguruan tinggi seluruh Indonesia. Perhelatan itu bukan hanya menjadi wadah bagi para rektor seluruh Indonesia untuk bertukar ide dan gagasan, tetapi sekaligus juga sebagai forum untuk membangun kesepahaman dan kolaborasi guna mempersiapkan generasi emas Indonesia. Tema konferensi FRI kali ini adalah Peran perguruan tinggi dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan, Energi, dan Obat Menuju Indonesia Emas 2045.”

Konferensi FRI dihadiri Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Prof Dr Muhadjir Effendi MAP dan sejumlah menteri. Misalnya, Mendikbud, Menteri Kesehatan, Menko Polhukam, dan lain-lain.

Dalam acara pembukaan konferensi, Menko PMK menyatakan paling-tidak ada empat isu yang saat ini tengah dihadapi bangsa Indonesia. Yakni, persoalan ketenagakerjaan, kasus stunting yang angkanya masih sebesar 24,4 persen dan ditargetkan tahun 2024 dapat diturunkan di bawah 14 persen masalah kemiskinan ekstrem, dan persoalan ancaman krisis global; mulai krisis energi, pangan, hingga inflasi. Di luar isu soal stunting, ancaman krisis ekonomi akibat resesi global digarisbawahi Menko PMK sebagai tantangan yang sudah ada di depan mata dan membutuhkan antisipasi yang segera. 

Tantangan

Disadari bahwa di tahun mendatang, ancaman yang dihadapi Indonesia tidaklah ringan. Ancaman resesi global yang kini menghantui dunia, benar-benar harus diantisipasi dengan baik agar Indonesia tidak terjerumus dalam perangkap resesi global yang penuh dengan kegelapan. Sejumlah negara maju dilaporkan telah mengalami dampak resesi global dan inflasi yang luar biasa tinggi. Masyarakat di sejumlah negara dilaporkan sedang menghadapi tekanan krisis ekonomi yang menyebabkan peluang mereka untuk mempertahankan dan memenuhi kebutuhan hidup makin di ujung tanduk.

Meski Indonesia tetap harus optimistis menghadapi ancaman dan risiko resesi global. Tetapi, untuk memastikan agar masyarakat tidak menjadi korban efek domino resesi global, yang dibutuhkan bukan sekadar stabilitas keuangan, namun juga fondasi dan dukungan modal sosial masyarakat yang benar-benar solid. Hingga hari ini Indonesia dikatakan masih aman dan bukan tidak mungkin dapat keluar dari tekanan resesi global dengan baik. Namun demikian, celah yang memungkinkan Indonesia bakal tergilas resesi global bukan berarti tidak ada. Isu inilah yang dibahas dan diungkap Menko PMK ketika membuka acara Forum Rektor Indonesia. 

Belajar dari pengalaman, sebuah bangsa yang rapuh, yang tidak didukung modal sosial masyarakat yang kuat, niscaya akan sulit keluar dari situasi krisis yang menekannya. Bisa dibayangkan, apa yang bisa dilakukan jika bangsa Indonesia masih direcoki dengan persoalan kesenjangan kelas, persoalan digital divide, dan ketidakadilan. Untuk dapat mengatasi ancaman resesi global, tidak mungkin dapat dilakukan jika tidak dikembangkan kolaborasi di antara berbagai elemen masyarakat dan lembaga.

Pengalaman sejumlah negara maju, seperti di Amerika Serikat, Inggris dan yang lain telah banyak mengajarkan bahwa tekanan krisis niscaya akan makin meruyak tatkala kesenjangan sosial dan daya tahan masyarakat menghadapi tekanan masih menjadi persoalan serius. 

Negara maju punya struktur masyarakat berbentuk belah ketupat. Kelas menengah menempati jumlah yang paling besar. Sedangkan masyarakat yang berstruktur pyramidal—dengan jumlah penduduk miskin paling besar—biasanya rapuh. Berbeda dengan kalangan menengah ke atas yang rata-rata masih memiliki tabungan yang cukup untuk memperpanjang daya tahan mereka menghadapi tekanan kebutuhan hidup, keluarga-keluarga miskin umumnya sangat rapuh.

Perang antara Ukraina versus Rusia, penguncian di Tiongkok, gangguan rantai pasokan dan resiko stagflasi yang terjadi di berbagai negara, bukan hanya memukul pertumbuhan ekonomi negara, tetapi juga menggerus daya tahan masyarakat. Setelah pandemi Covid-19 mulai mengendur, saat ini tantangan yang dihadapi berbagai negara, tak terkecuali Indonesia, justru berkembang makin mencemaskan, terutama di kalangan masyarakat marginal. Ketika tabungan sudah terkuras habis menghadapi dampak pandemi Covid-19, kini nyaris tidak ada lagi yang tersisa. Menghadapi tekanan hidup dan kenaikan harga kebutuhan hidup yang terus naik niscaya yang dibutuhkan atau dukungan jaringan sosial dan penyangga kebutuhan hidup yang memadai.

Peran PT

Sebagai wadah bagi para cendekiawan dan intelektual di Indonesia, adalah tugas FRI untuk ikut memberikan kontribusi agar bangsa Indonesia dapat keluar dari situasi krisis dengan selamat. Lebih dari sekadar urun rembuk gagasan, FRI seyogianya juga memikirkan untuk menggerakkan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki untuk ikut berperan menghadapi ancaman resesi global.

Era merdeka belajar adalah kesempatan bagi insan-insan perguruan tinggi untuk ikut berkiprah dalam berbagai aktivitas praksis yang nyata. Selain melalui program KKN, magang dan lain sebagainya, ke depan menjadi tantangan seluruh PT di Indonesia untuk menerapkan seluruh potensi keilmuan yang dimiliki guna berperan dalam penanganan isu-isu prioritas bangsa seperti dikatakan dan diimbau Menko PMK. 

PT yang hanya menjadi menara gading dan tidak menyapa serta terlibat langsung dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat niscaya akan teralienasi dari lingkungan sosialnya. Zaman kini telah berubah. Mahasiswa, lulusan, dosen dan seluruh insan kampus diharapkan peran sertanya untuk membantu mempersiapkan masyarakat agar tidak kolaps menghadapi tekanan krisis ekonomi dan resesi global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: