Catatan Perjalanan ke Tiongkok saat Pandemi (5): Karantina Marah-Marah

Catatan Perjalanan ke Tiongkok saat Pandemi (5): Karantina Marah-Marah

Antrean penumpang Xiamen Air dari Jakarta yang akan masuk ke tempat karantina di Fuzhou, Tiongkok. -Novi Basuki-Harian Disway-

Pagi keesokannya, begitu sampai kantor, dosen yang ditugaskan mendampingi saya mengajukan pertanyaan aneh, "Di kamar Anda apa sudah dilengkapi tempat sampah? Kalau belum, nanti kami sediakan." Saya jawab sudah dan tidak perlu ditambah, tanpa mengetahui apa maksudnya. 

Mirip dengan kebudayaan Jawa, orang Tiongkok juga punya kebiasaan berbicara tidak to the point. Kita diminta menebak-nebak sendiri maksudnya. 

Saya baru ngeh setelah teman sekantor yang biasa mengantar saya bertanya lebih gamblang, "Kemarin malam buang sampah sembarangan, ya? Tadi kami dapat komplain dari penjaga apartemen."

Saya malu betul dibuatnya.

Dulu, Tiongkok memang terkenal jorok sekali –terutama toiletnya. Tapi, sejak tahun 80-an menjalankan kebijakan reformasi dan keterbukaan, mereka mulai berbenah diri. Kebersihan makin hari makin diutamakan. Mereka tidak mau orang luar yang datang ke Tiongkok, pulang-pulang adalah kejorokan negara ini yang melekat di benaknya.

Makanya, Xi Jinping pada 2015 lalu mulai menggelorakan apa yang disebut sebagai "厕所革命" (cesuo geming): revolusi toilet. 

Terhitung, dari 2018 sampai 2020, toilet warganya yang diperbaiki oleh pemerintah Tiongkok telah mencapai 40 juta lebih. Dengan dana perbaikan paling sedikit 2.000 yuan per rumah, dana yang dihabiskan untuk itu sudah melebihi 80 miliar yuan. Tinggal kalikan 2.000 rupiah saja berapa dana yang sudah digelontorkan cuma untuk memermak WC. 

Itu dana dari pemerintah provinsi dan pemerintah di bawahnya saja. Belum termasuk yang dari pemerintah pusat –yang kabarnya, melulu untuk tahun 2020, menyuntikkan puluhan miliar yuan untuk urusan perjambanan ini.

Ditambah datangnya pandemi, bisa Anda bayangkan bagaimana seriusnya pemerintah Tiongkok dalam mengurus kebersihan negaranya.

Saya pun akan maklum meski misalnya petugas karantina memaki-maki kami lantaran sampah yang sembarang kami tinggalkan tadi. Yang penting, kami segera dapat kamar karantina untuk istirahat. Ini sudah jam 12 lewat. (*/Bersambung)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: