Kekerasan Anak terhadap Orang Tua

Kekerasan Anak terhadap Orang Tua

-Ilustrasi: Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Berbagai diskusi mengenai perilaku kejam terhadap anak-anak sering kali berbalik arah pada orang tua. Orang tua tetap dianggap sebagai penyebab dari perilaku menyimpang dari anak-anaknya. 

Pola asuh yang keliru dan kontrol terhadap anak yang lemah sering dianggap sebagai penyebab dari perilaku menyimpang tersebut. Tindak tanduk seorang anak memang sangat bergantung pada bagaimana pola asuh dan pendidikan yang dilakukan oleh orang tua mereka. Intensitas dan kualitas hubungan antara anak dan orang tua akan memengaruhi nalar dan perilaku seorang anak. 

Lemahnya kontrol orang tua terhadap anak disebabkan tidak adanya ikatan personal yang kuat antara keduanya. Salah satu penyebabnya adalah intensitas bertemu secara fisik antara orang tua dan anak rendah. 

Penelitian yang dilakukan Harmaini dari Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau terhadap siswa sekolah dasar di Pekan Baru sekitar sepuluh tahun yang lalu, yang dimuat di Jurnal  Psikologi, Desember 2013, menunjukkan bahwa 65,5 persen orang tua tidak berada di dekat anak selama berada di rumah. Kondisi yang lebih jelek bisa jadi terjadi di kota-kota di Jawa yang masyarakatnya jauh lebih sibuk. 

Lemahnya ikatan personal antara orang tua dan anak telah memunculkan celah longgar yang dimanfaatkan anak untuk memasuki dunia lain, yaitu dunia maya. Melalui dunia maya, mereka mendapatkan internalisasi nilai-nilai yang mungkin tidak sesuai dengan norma di dunia nyata. 

Nilai-nilai yang didapatkan dari dunia maya bisa jadi akan mengaburkan norma standar yang biasa berlaku di dunia nyata. Misalnya, yang didapatkan dari ajaran agama, kearifan lokal, serta dari hubungan sosial antarmasyarakat. 

Kasus pembunuhan yang menimpa keluarga di Magelang yang dilakukan anak kandung sangat mungkin karena hal tersebut. Kontrol orang tua yang lemah telah menyebabkan seorang anak menjadi sangat nakal, menghamburkan uang, dan bermata gelap. 

Ia pun akhirnya tega membunuh kedua orang tua dan adik kandungnya. Nilai-nilai ajaran agama tentang penghormatan terhadap orang tua seolah tidak dimiliki anak tersebut. 

Pada situasi yang lebih luas, kearifan lokal yang berbasis pada budaya setempat tentang penghormatan kepada orang tua juga menurun. Saat ini cukup langka orang tua yang membacakan dongeng pengantar tidur untuk anak-anaknya. 

Akibatnya, nilai-nilai moral tentang penghormatan kepada orang tua yang bisa didapatkan dari dongeng juga hilang. Padahal, melalui pembacaan dongeng, orang tua tidak hanya bisa menyampaikan nilai-nilai moral dengan intensif dan dengan suasana santai. 

Lebih dari itu, tradisi membacakan dongeng kepada anak-anak akan memperkuat ikatan personal antara orang tua dan anak. (*) 

 

*) Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga dan guru besar bidang ilmu sejarah.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: