Hizib Maroko

Hizib Maroko

-Ilustrasi: Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Mungkin karena itu, selain berbahasa Arab sebagai bahasa ibu, warga Maroko juga berbahasa Prancis.

Dalam Islam, negeri itu juga istimewa. Sebab, disebut-sebut dalam Al-Qur’an. Kitab suci umat Islam. Dalam Al-Qur’an, Maroko disebut dengan Maghribi. Karena itulah, Maroko menjadi salah satu negeri sumber ilmu agama Islam.

Negeri itu juga dikenal sebagai negeri para wali. Seseorang yang mendapat keistimewaan dari Allah. Bahkan, kalau di Jawa dikenal ada Wali Sanga sebagai ulama penyebar agama Islam, di Maroko pun demikian.  

Maka, kedigdayaan timnas Maroko itu merupakan gabungan kompetensi individu para pemain, teamwork yang kuat, dan spirit perjuangan baru di dunia modern. Bola menjadi sebuah ”perang modern” dalam membangun kebanggaan baru sebuah negara. Juga, menjadi instrumen untuk perjuangan harga diri dari sebuah negara bangsa.

Karena itu, keberhasilan Maroko mencapai tahap semifinal Piala Dunia di Qatar tak hanya dianggap sebagai pencapaian Maroko an sich. Tapi, juga menjadi ekspresi kebanggaan negara-negara pinggiran, setidaknya dalam hal industri sepak bola. Ia tidak hanya sebuah permainan di atas lapangan hijau, tapi juga pertandingan di jagat besar. Di panggung dunia.

Maroko akhirnya menjadi simbol perlawanan terhadap Barat. Ia menjadi bentuk benturan kebudayaan baru antara Barat dan Timur. Yang pernah diprediksi seorang futurolog politik Samuel P. Huntington tentang benturan kebudayaan atau benturan peradaban. Benturan antara sekularisme dan Islam. Inilah benturan model baru di atas panggung Arab: Qatar.

Tentu benturan seperti dalam panggung bola dunia itu tidak akan destruktif. Tak akan menimbulkan kerusakan seperti dalam bentuk kekerasan fisik yang justru merusak peradaban seperti yang selama ini terjadi di Timur Tengah. Namun, benturan budaya dalam koridor pesta dan statuta FIFA di lapangan hijau.

Benturan itu makin terasa ketika timnas dari negara Barat membawa misi LGBT sebagai ekspresi hak asasi manusia. Nilai baru yang sedang marak di Barat dan sangat bertentangan dengan nilai-nilai di Timur, terutama Islam. Mereka melakukan hal itu dengan terang-terangan meski Qatar sebagai tuan rumah melarang negaranya menjadi ajang kampanye LGBT.

Isu LGBT itu meningkatkan nilai emosional kelompok muslim terhadap pencapaian timnas Maroko. Bahkan, ada yang menilai terhempasnya timnas-timnas unggulan dari Eropa dan Amerika sebagai bagian dari tulah atas kesombongan mereka di tanah Arab. Mereka dianggap ”kualat” karena kekurangsopanannya terhadap tuan rumah.

Tentu, dalam perspektif August Comte –bapak positivisme dunia Barat– perspektif doa dan spirit religius timnas Maroko itu akan dianggap sebagai peradaban yang tertinggal. Tidak rasional. Bukan berbasis sains. Sebab, masih menganggap spiritualitas sebagai penentu pencapaian. Sesuatu yang tak berbasis logika.

Tapi, apa pun juga, bagi timnas dan warga Maroko, semua itu adalah pembangun spirit. Pendongkrak semangat perjuangan tim. Penguat mental. Itu menjadi semacam hizib: sekumpulan doa dan wirid untuk mendapat pertolongan Allah dalam menghadapi persoalan lahir dan batin.

Jadi, pencapaian timnas Maroko sampai semifinal Piala Dunia ini adalah hasil rasionalitas dan spiritualitas yang sempurna. Mereka memiliki para pemain yang memiliki kompetensi dengan standar atas, ditopang dengan keyakinan atas kekuatan hizib yang dipanjatkan para pemain, ofisial, dan seluruh warga Maroko.

Kita masih harus menunggu apakah kekuatan gabungan antara rasionalitas dan spiritualitas itu mengantarkan ke puncak? Kita lihat saja nanti bagaimana timnas Maroko bertemu Prancis di semifinal. Jika ia bisa menghempaskan tim Ayam Jantan yang juga juara bertahan, tinggal selangkah lagi menjadi juara dunia.

Saya pun berharap itu yang terjadi. Jika bisa menjadi juara dunia, Maroko pasti akan membangkitkan spirit baru negara-negara terbelakang lain seperti fenomena berakhirnya kolonialisme fisik di pertengahan abad ke-20.

Kali ini saya ikut berdoa untuk kemenangan Maroko di Piala Dunia! (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: