Salat Maghrib di GKI Dasa, Wajah Toleransi Surabaya

Salat Maghrib di GKI Dasa, Wajah Toleransi Surabaya

Perayaan Natal 2022 di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Darmo Satelit (Dasa) tersebut mengusung tema "Kemuliaan Manusia Natal".-Julian Romadhon-Harian Disway

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Lagu Indonesia Raya berkumandang di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Darmo Satelit(Dasa) pada Minggu, 25 Desember 2022. Bukan upacara bendera, ataupun acara kenegaraan. Itu adalah perayaan Natal.

 

Senyuman santun merekah dari wajah pendeta Andri Purnawan. Dengan sedikit membungkuk, sebagai tanda penghormatan, ia menyambut jemaat yang datang. 

 

“Ayo mlebu (masuk),” kata Andri memanggil sekumpulan tamu undangan yang tampaknya masih sungkan untuk masuk. Mereka pun bergegas berjalan menghampiri Andri yang saat itu berdiri di depan gerbang gereja. Beberapa dari tamu undangan pun dipeluknya dengan hangat. Terlihat sebuah kedekatan yang sudah terjalin cukup lama.

 

“Terima kasih sudah datang,” katanya sambil mengulurkan tangan bersalaman. “Selamat Natal ya pak pendeta,” sahut perwakilan dari Roemah Bhinneka, H. Cengho Djadi Galajapo, yang saat itu hadir menggunakan peci bertuliskan Gusdur.


Pendeta Andri Purnawan, saat menyambut tamu undangan Perayaan Natal, di GKI Dasa, pada Minggu (25/12/22)-Pace Morris - Harian Disway-

 

Minggu, 25 Desember 2022 adalah perayaan Natal, di Gereja yang berada di Jalan Kupang Indah XV, Putat Gede, Surabaya itu. Seluruh jemaat menyambut hari yang diartikan sebagai anugerah oleh Pendeta Andri.

 

“Di tengah hidup yang berantakan Tuhan mau datang. Turut terlibat untuk memberi kesempatan manusia berbuat baik, dan peduli pada yang lemah,” ucap Andri kepada Harian Disway.

 

Baginya, Natal malam ini sangat istimewa. Karena ada banyak tamu dari lintas iman, dan organisasi kemasyarakatan serta akademisi yang bergabung.

 

“Ini menunjukan komitmen kebersamaan di tengah perbedaan. Karena semangat Natal sesungguhnya adalah semangat merangkul perbedaan. Karena Yesus juga merangkul para gembala, orang majus dari Persia. Dan Yesus menjadi Juruselamat bagi segala bangsa,” ungkapnya.


Jemaat kristiani dan perwakilan lintas agama mendengarkan kotbah yang dibawakan oleh Pendeta Andri Purnawan dalam ibadah Natal di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Darmo Satelit (Dasa), Surabaya, Jawa Timur, Minggu (25/12/2022). -Julian Romadhon-Harian Disway

Di tengah-tengah misa, beberapa orang berjalan keluar. Mereka meminta izin untuk menunaikan salat maghrib. Panitiapun ternyata sudah menyiapkan tempat wudhu dan ruangan untuk salat, di lokasi gereja.

 

Sebelum ibadah berakhir, pendeta Andri memperkenalkan para undangan dari Lintas Agama, serta beberapa ormas seperti Madura Nusantara dan Jogoboyo (Jaga Surabaya). Merekapun diminta untuk naik ke panggung.

 

Selain menyaksikan toleransi lewat kehadiran tamu undangan. Rasa Nasionalisme semua orang di dalam gedung gereja semakin semakin berapi-api, saat lagu Indonesia Raya dikumandangkan. 

 

“Di momen ini sangat sayang jika kita tidak menegaskan komitmen kita sebagai bangsa Indonesia. Untuk itu saya minta semua berdiri, dan kita nyanyikan lagu Indonesia Raya,” ajak Andri.

 

Hadirin pun sangat antusias menyambut ajakan itu. Sambil berdiri, dan meletakkan tangan di dada, para hadirin terlihat begitu menghayati setiap kata dalam lagu Nasional yang biasanya dinyanyikan saat upacara kenegaraan.

 

Perayaan Natal yang disertai dengan perjumpaan lintas iman itu, semakin sempurna ketika Wulan, salah satu perwakilan lintas iman mempersembahkan lagu Bahasa Cinta.

 

Andri membeberkan, bahwa kegiatan malam ini merupakan selebrasi dari kesehariannya dengan rekan-rekan di lintas iman. Ia menceritakan bahwa sejauh ini mereka melakukan banyak kegiatan bersama. Untuk membahas persoalan-persoalan bangsa.

 

“Kami punya program sekolah kebangsaan, rumah belajar untukmu Indonesiaku. Yang mengajar tentang hak asasi manusia. Dan masih banyak lagi program-program untuk menunjang akademis. Sehingga ini hanya menggambarkan keseharian kami. Makanya tadi kalau mas melihat saya dengan mereka tidak canggung, karena sehari-hari kami sudah bergaul,” bebernya.

 

Malam kebersamaan yang indah itupun ditutup dengan makan bersama. Perbincangan soal toleransi serta program-program untuk kebhinekaan masih terus mereka bicarakan, hingga di luar pagar gereja. 

Kami dan semua yang hadir berharap, Surabaya tetap menjadi barometer bagi Indonesia, dalam hal kerukunan. Hingga terciptanya Kota yang aman dan nyaman bagi setiap penduduknya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: