CEO McLaren: Jangan Bikin F1 Jadi Ajang Politik!
Zak Brown, CEO McLaren turut angkat suara. Menurutnya, F1 tidak ditujukan untuk menyampaikan gerakan politik. Sumber: Planet F1--https://www.planetf1.com/news/zak-brown-backs-fia-political-clampdown/
Aturan FIA yang dikeluarkan Desember tahun lalu jadi buah bibir pecinta jet darat. Pasalnya badan pengatur balap motor dunia itu sedang menambahkan artikel terbaru di kode olahraganya yang melarang gerakan politik dalam bentuk apapun. Lebih tepatnya, pembalap yang ikut dalam turnamen naungan FIA.
Aturan ini muncul karena maraknya tindakan politis dari pembalap dalam kurun tiga tahun terakhir. Dalam pernyatannya, FIA mengeluarkan amandemen peraturan olahraga yang mencegah pembalap membuat pernyataan tanpa seizin dari FIA:
“Pembuatan dan menampilkan pernyataan atau komentar politik, agama, dan personal secara umum yang melanggar prinsip umum netralitas yang telah dipromisikan FIA berdasarkan statutanya. Kecuali disetujui secara tertulis oleh FIA untuk kompetisi internasional, atau oleh ASN terkait kompetisi nasional dalam yurisdiksi mereka.”
Di kompetisi Formula One (F1), dua pembalap senior yang seringkali vokal dalam isu sosial-politik adalah Lewis Hamilton dan Sebastian Vettel. Sejak awal tahun 2020 silam, Hamilton sering mengenakan kaus menjelang balapan dengan membawa slogan atau pesan politik.Sementara Vettel menyampaikan pesan dukungan kepada komunitas LGBTQ+ dan menyoroti persoalan lingkungan.
Berbagai respon pun muncul terkait pelarangan itu. Ada yang setuju, dan ada yang tidak. Terbaru, CEO McLaren Zak Brown pun ikut-ikutan komentar terkait aturan terbaru yg ditetapkan akhir tahun 2022 itu.
Menurut orang nomor 1 di McLaren itu, FIA telah melakukan hal benar. Mereka mencoba menemukan keseimbangan di lingkungan pembalap yang membuat gerakan politik di grid. Yang mana itu terjadi karena bentuk protes. Pernyataan politis itu seringkali menimbulkan dampak "di luar kendali" dalam beberapa tahun terakhir.
Ketika ditanya pendapatnya tentang pelarangan itu, Bos McLaren berkata “Ini rumit kan? Karena topiknya sangat bagus. Ada yang kontroversial, ada juga yang mempolarisasi,” kata Brown dilansir ESPN.
“Secara umum, kami ingin (F1) menjadi olahraga yang baik. Kami hanya perlu menemukan keseimbangan di sana dan tidak dan tidak setiap awal balapan jadi agenda politik bagi seseorang. Aku tidak berpikir bahwa itu sehat karena bisa mengurangi apa yang telah diinginkan semua orang, yaitu mereka ingin menonton Gran Prix,” tambahnya.
Meski begitu, Brown turut senang kepada pembalap dan tim yang masih memiliki keinginan untuk berkampanye. Apalagi jika mereka ingin memberikan isyarat atau pernyataan tentang persoalan yang menjadi concern mereka.
Pintu kritik masih terbuka bagi pembalap dan tim. Jika mereka berbicara dengan FIA perihal masalah yang ingin mereka diskusikan.
Pelarangan itu, menurut pria kebangsaan Amerika Serikat tersebut, bukan berarti tidak bisa melakukan gerakan apapun. Poin pentingnya adalah gerakan itu "harus dilakukan dengan seizin FIA" terlebih dahulu.
Kebebasan bersuara kadang-kadang membuat pembalap tidak terkendali karena banyaknya pesan yang disampaikan. Kekhawatiran pun muncul pembalap tidak fokus kepada hal yang seharusnya menjadi tugas utama mereka. Yakni turun ke trek dan membalap. Maka dari itu, Brown sangat setuju apabila F1 dan FIA berhak mengeluarkan kode etik yang harus ditaati pembalap selama akhir pekan Gran Prix.
“Politik itu pada dasarnya rumit. Jadi, jangan biarkan F1 jadi ajang politik untuk berbagai topik. Mari kita balapan dan hormati tempat kita balapan,” kata Brown.(Affan Fauzan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: