Fantasi Latino Brighton: Hobi Datangkan Pemain Muda Amerika Selatan
Facundo Buonanotte jadi rekrutan pertama Brighton di jendela transfer Januari. Sama seperti Alexis Mac Allister dan Moises Caicedo, ia dicomot langsung dari klub Amerika Selatan di usia belia.--Getty Images
BRIGHTON, HARIAN DISWAY - Bocah ajaib Argentina Facundo Buonanotte segera merapat ke Brighton. Pemain 18 tahun tersebut ditebus uang segar GBP 5 juta —belum termasuk add-on. Buonanotte jadi sampel kesekian dari proyek latino ala Brighton. Contoh paling kentara adalah Alexis Mac Allister, koleganya dari Negeri Tango.
Buonanotte mengambil rute tepat ke Stadion Amex. Mac Allister, Moises Caicedo (Ekuador) dan Julio Enciso (Paraguay), semuanya telah ditandatangani langsung dari klub Amerika Selatan pada usia tak lebih dari 20 tahun.
Kepincutnya The Seagulls –julukan Brighton– tak lepas dari kemampuan serba bisa yang dimiliki Buonanotte. Seperti Mac Allister, ia bisa beroperasi di berbagai pos lini tengah, sebagai nomor 6, nomor 8 atau nomor 10.
Musim ini Buonanotte merumput secara reguler untuk Rosario Central kendati usianya masih belia. Dirinya mencatatkan 4 gol dan 2 assist dari 34 kali penampilan bersama klub yang berbasis di kota asal Lionel Messi tersebut.
Brighton telah bekerja selama beberapa tahun terakhir untuk membangun reputasi apik di wilayah Amerika Selatan. Kombinasi data model pemain yang dimiliki Pemilik Klub Tony Bloom, dipadukan pencarian bakat, pembangunan jejaring, dan keterampilan negosiasi memungkinkan klub untuk “mencuri” bakat di wilayah tersebut.
Facundo Buonanotte sudah tampil reguler bersama Rosario Central kendati baru menjalani musim debutnya tahun lalu.--Getty Images
Proyek transaksi latino Brighton tidak melulu berhasil. Ada jalan terjal dalam napak tilas mereka menjelajah Amerika Latin. Pada musim 2010/11, Pelatih Kepala Gus Poyet menggunakan koneksinya untuk merekrut gelandang Agustin Battipiedi dan pemain sayap Cristian Baz dari klub divisi tiga Argentina Club Comunicaciones. Namun, tak satu pun yang memberikan pengaruh pada promosi Brighton dari League One musim itu.
Pada 2015, ketika Brighton berada di Championship, mereka melakukan upaya berani untuk membeli striker Jonathan Calleri dari raksasa Argentina Boca Juniors. Tetapi The Seagulls gagal mendaratkan Calleri ke Stadion Amex dan yang bersangkutan bermain di EPL setahun kemudian untuk membela West Ham United. Alih-alih mendapat tambahan amunisi, Brighton justru mendapat pelajaran tentang kompleksitas dari transfer Benua Latin.
CEO Paul Barber dan mantan kepala rekrutmen Paul Winstanley melakukan beberapa perjalanan ke Amerika Selatan setelah itu, untuk memperoleh pengetahuan proses tentang bagaimana pasar bekerja dan berhasil.
Terlepas dari kendala bahasa, ini bukan hanya tentang bernegosiasi dengan klub penjualan. Pemain seringkali “dimiliki” oleh beberapa pihak yang berbeda, dari beberapa agen hingga anggota keluarga, bahkan kepemilikan ganda dari dua klub.
Brighton menyebarkan jaringnya lebih jauh ke negara yang anti-mainstream, karena klub yang lebih besar cenderung berkonsentrasi pada Brasil dan Argentina. Pasar tersebut biasanya terlalu mahal dan terlalu padat, sehingga Caicedo didatangkan dari Independiente del Valle di Ekuador dan Enciso dari Libertad di Paraguay.
Koneksi Amerika Selatan di Brighton semakin ditingkatkan dengan pembelian pemain latino dari sesama klub Eropa yang melibatkan pemain internasional Ekuador Pelvis Estupinan dari Villareal dan Jeremy Sarmiento dari Benfica serta gelandang Kolombia kelahiran London Steven Alzate, yang digaet dari akademi Leyton Orient.
Pelvis Estupinan jadi salah satu rekrutan anyar Brighton di bursa transfer musim panas lalu. Pemain internasional Ekuador tersebut mampu beradaptasi cepat dengan iklim sepakbola Inggris. Ia sukses diplot sebagai pengganti Marc Cucurella yang ditebus Chelsea--twitter.com/PervisEstupinan
Jalur Eropa sebelumnya membuat mereka merekrut striker Argentina Leonardo Ulloa dari klub Spanyol Almeria pada 2013 dan bek kanan Ezequiel Schelotto dari Sporting Lisbon pada 2017.
Dalam sebuah wawancara dengan media Italia Tuttusport, Mac Allister pun memuji kinerja jempolan pemandu bakat Brighton.
"Kita punya barisan muda Amerika Selatan yang kuat. Para pemandu bakat luar biasa," ucap pemain 24 tahun tersebut.
“Keahlian Brighton adalah membeli pemain yang tidak terlalu terkenal, meningkatkannya, dan kemudian menjualnya untuk mendapatkan banyak uang. Marc Cucurella datang ke sini seharga GBP 15 juta, dan dijual ke Chelsea seharga GBP 60 juta,” imbuh kolektor 6 penampilan di Piala Dunia 2022 itu.
Penampilan ciamik Alexis Mac Allister bersama Argentina di ajang Piala Dunia membuat klub-klub eropa meminati jasanya, khususnya klub elit liga inggris. Sumber: Twitter--twitter.com/Argentina
Kepindahan Winstanley ke Chelsea diperkirakan tidak akan berdampak buruk pada performa Brighton di pasar Amerika Selatan, maupun di pasar transfer secara umum.
Sam Jewell, yang kini menjadi kepala rekrutmen, cocok dengan model Brighton –selalu punya pengganti di kala seseorang pergi. Jewell telah menjadi manajer pencarian bakat klub selama empat tahun terakhir. Ia telah melakukan banyak perjalanan ke Amerika Selatan selama periode itu, termasuk ke Ekuador dan Chili. Dirinya juga mengambil kursus bahasa Spanyol selama masa pandemi.
Jewell memiliki peran penting dalam perekrutan Caicedo dan Enciso. Hati-hati, dalam kolaborasinya bersama Direktur Teknik David Weir, Jewell bisa menggali permata di Amerika Selatan dan menemukan Mac Allister lainnya yang siap diorbitkan di belantara Eropa. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: