Petualangan Cinta di Mutilasi Bekasi

Petualangan Cinta di Mutilasi Bekasi

-Ilustrasi: Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Para peselingkuh itu, sekitar 90 persen merasa bersalah secara moral dan agama. Ketika berselingkuh, psikologis mereka merasa tertekan.

Firestone: ”Perselingkuhan dirasa amoral oleh para pelaku. Tapi, mereka sekaligus menyukai proses selingkuh. Suatu hal yang kelihatannya kontradiktif.”

Firestone adalah direktur riset dan pendidikan di The Glendon Association di Santa Barbara, California, AS. Dia juga dosen psikologi di beberapa universitas. Dia pemegang gelar PhD psikologi klinis pada 1991 dari Sekolah Psikologi Profesional California.

Dikatakan, ketika kita masih anak-anak, diajari bahwa berbohong itu salah. Dan, kita menuruti ajaran ortu itu. Namun, seiring bertambah usia, garis tegas nasihat tersebut cenderung makin kabur. 

Itu terutama terjadi ketika kita dihadapkan pada kondisi menantang yang datang dalam hubungan intim. Ketika kita dekat dengan seorang lawan jenis, pertahanan terdalam kita ikut berperan, dan kita secara tidak sengaja mengubah diri kita menjadi larut terbawa perasaan.

Kemudian, kita masuk hubungan intim. Hubungan itu dijalin berdasar kebohongan. Sumber perselingkuhan adalah kebohongan. Bohong terhadap pasangan resmi. Yang sudah disahkan negara dan agama: Pernikahan.

Memang, ketertarikan antara pria-wanita, lalu jatuh cinta, merupakan pengalaman yang berada di luar kendali kita. Tapi, sesungguhnya kita punya kendali. Dari sekian banyak peselingkuh, rata-rata tidak menyadari risiko bahaya yang bakal ditimbulkan. Bahaya bagi diri peselingkuh, juga orang lain.

Uraian Firestone tentang bahaya banyak terbukti. Di antaranya pada kasus mutilasi di Bekasi itu.

Mutilasi sekeji itu pasti tak terbayangkan sebelumnya. Ketika pelaku masih dalam proses selingkuh. Kejadian demi kejadian mengalir. Lembut tak terasa. Sampai polisi menangkap tersangka.

Firestone punya nasihat: ”Umumnya orang tidak peduli pada cerita perselingkuhan orang lain. Sebab, itu kan perilaku ”orang lain”. Bukan saya. Kalau saya, tidak mungkinlah berbuat begitu.”

Namun, cinta bisa datang menyergap orang secara tiba-tiba. Kapan saja. Ketika cinta berbentuk perselingkuhan, biasanya orang enggan untuk berhenti. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: