Kisah Ferril RH, Mantan Kapten Timnas 1991: Mengira Dahlan Iskan Tukang Parkir Kembang Jepun

Kisah Ferril RH, Mantan Kapten Timnas 1991: Mengira Dahlan Iskan Tukang Parkir Kembang Jepun

Legenda Persebaya dan Petrokimia Gresik Ferril Raymond Hattu menunjukkan foto masa mudanya saat aktif bermain sepakbola.-Julian Romadhona/Harian Disway-

Ferril Raymond Hattu berjumpa dengan Founder Harian Disway Dahlan Iskan di peringatan 100 hari tragedi Kanjuruhan di Kepanjen, Malang, 9 Januari 2023. Kapten Timnas 1991, peraih SEA Games itu jadi teringat kisah lucu saat bertemu Dahlan di masa lalu.

Usai doa bersama di Stadion Kanjuruhan, Ferril duduk di teras Kantor KONI Kabupaten Malang. Lokasinya tak jauh dari Gate 13, tempat ratusan orang berdesakan, kehabisan napas. 135 orang meninggal pada insiden memilukan 1 Oktober 2022 itu.

 

Tragedi Kanjuruhan bakal diingat seluruh pencinta sepakbola dunia. Ferril mengutuk kejadian itu sambil menceritakan kebobrokan sepakbola Indonesia.

 

Termasuk mengapa Timnas tak bisa menyumbangkan prestasi mentereng. Emas SEA Games terakhir diperoleh 32 tahun lalu. Saat ia jadi kapten. Lama sekali penantian kita.

 

Kebetulan hari itu, Timnas Indonesia juga menjalani laga hidup mati melawan Vietnam di semifinal Piala AFF. Saat makan siang, Verril sudah memprediksi: akan berat melawan Vietnam.

 

Sepakbola mereka sudah jauh lebih maju ketimbang Indonesia. Padahal di eranya dulu, Indonesia tak pernah kalah dari Vietnam. Dan di malam itu, Indonesia tumbang 2 gol tanpa balas.

 


Dahlan Iskan dan Ferril Raymond Hattu berada di satu panggung saat acara 100 hari tragedi Kanjuruhan, di Malang, 9 Januari 2023.-Boy Slamet/Harian Disway-

 

Sudah pukul 23.00. Area panggung peringatan 100 hari tragedi Kanjuruhan sudah sepi. Aremania sudah pulang ke rumah masing-masing. Cuma tersisa beberapa orang panitia yang bersih-bersih.

 

Saya tertarik mengulik kisah Ferril saat membela Persebaya dan Petrokimia Gresik. Dua klub yang saya cintai.

 

Pertama, karena saya lahir dan besar di Gresik. Dan 13 tahun terakhir, saya lebih banyak di Surabaya.

 

Bapak saya, Taswin Latif percaya pepatah ini: Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Kalau sedang di Makassar ia dukung PSM. Karena lama tinggal di Gresik ia juga mendukung Petrokimia Gresik kala itu.

 

Sudah lama kejayaan Petrokimia Gresik berakhir. Tiga tahun setelah menjuarai Ligina 2002, Klub Petrokimia Gresik bubar. Kini Klub kebanggaan kami adalah Persegres Gresik United. Sedang berjuang di Liga 2.

 

“Saya di Petro pensiun 2018. Baru saja,” kata pria berdarah Maluku yang lahir di Surabaya 9 Agustus 1962 itu.

 

Karir sepakbolanya berhenti di Gresik. Lalu ia jadi pegawai PT Petrokimia: 

 

Berikut ini perjalanan karir Ferril saat aktif di posisi libero:

  • 1976 - 1979: Harapan Budi Setiawan, klub internal Persebaya
  • 1980: Niac Mitra
  • 1980 - 1983: Harapan Budi Setiawan
  • 1983: Persebaya
  • 1980 - 1983: Niac Mitra
  • 1985 - 1995: Petrokimia Gresik


Sejumlah pemain Persebaya era 60 hingga 90an berkumpul dan menjalin Silaturahmi di Omah Sae Surabaya, Jawa Timur, Kamis (20/10/2022)-Julian Romadhon-

Di tahun 1980-an, Ferril teringat kisah tentang Dahlan Iskan. Ia tak ingat tahun berapa pastinya.

 

Malam itu sudah pukul 21.00 ia datang ke Kembang Jepun. Mau bertemu wartawan olahraga Jawa Pos.

 

Ia memarkir kendaraannya. Lalu bertanya ke seseorang yang duduk di tempat parkir sepeda. “Pak, mau ke kantor Jawa Pos,” kata Ferril ke pria muda yang pakai sarung dan kaus oblong itu.

 

Tak delok-delok maneh kok gak asing (Saya lihat lagi kok tidak asing,Red),” lanjut Ferril saat menceritakan peristiwa itu. Sosok Dahlan Iskan sudah dikenal saat itu. Ia berhasil membawa JP dengan oplah 6 ribu eksemplar menjadi 300 ribu eksemplar. Dalam lima tahun.

 

Rupanya pria yang dikira tukang parkir itu adalah Bos JP: Dahlan Iskan. Ia segera meminta maaf dan langsung masuk mencari wartawan yang ia cari. 

“Ternyata memang Pak Dahlan yang pakai sarung itu. Cuma, aku lupa nama wartawan yang mau tak temui,” lanjut Ferril.

 

Kisah lainnya adalah pertemuan dengan Dahlan di Bandara Juanda di tahun 2000-an. Dahlan baru mendarat, sedangkan Ferril ingin terbang ke Jakarta. Ada urusan kantor: Petrokimia.

 

Cuma saat itu tiket pesawat di salah satu maskapai habis. Dahlan memintanya menunggu. Ia ke loket lalu datang lagi dengan kabar gembira. “Ternyata kalau Pak Dahlan yang pesan masih ada. Akhirnya saya berangkat,” ujarnya.

 

Tak lama kemudian, ia bertemu petugas loket Bandara itu. Ferril mengingatkan peristiwa tiket habis tersebut. “Wis pak, ojok diilingno maneh. Isin aku (Sudah pak, jangaan diingatkan lagi. Malu saya),” ucap Ferril sembari ngakak. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: