Angin Puan

Angin Puan

-Ilustrasi: Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

SETELAH pidato Megawati di HUT ke-50 partainya, banyak yang mereka-reka Puan Maharani-lah yang akan menjadi capres PDIP.

Itu dikaitkan dengan cara Mega menyanjung sejumlah perempuan hebat yang menjadi pemimpin. Mulai Ratu Shima, Ken Dedes, Gayatri, hingga Laksamana Malahayati. Penyebutan perempuan hebat di masa lalu itu bukan spontanitas. Bukan sekadar asal sebut.

Itu semua by design. Nama-nama tersebut tercantum dalam teks pidato. Saya berkali-kali menonton videonya, Mega membaca nama-nama itu. Artinya, memang sudah disiapkan. Itu bisa kita baca sebagai isyarat Mega tak segan-segan bila memilih pemimpin perempuan. Jadi, wajar juga banyak yang melihat peluang Puan tetap besar.

Publik melihat PDIP sedang menimang-nimang antara Puan dan Ganjar Pranowo. Di lingkaran elite, nama Puan jelas lebih kuat. Namun, di tingkat akar rumput, pendukung Ganjar meluas. Dalam berbagai survei pun, nama gubernur Jateng itu selalu masuk tiga besar, bersama Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.

Antusiasme warga ”banteng” kepada Ganjar terlihat sebelum acara dimulai. Sejumlah kader berteriak ”Ganjar presiden.” Juga, berebut foto.

Namun, dalam acara yang berlangsung di gedung Jakarta Expo Kemayoran itu, Ganjar hanya kader biasa. Tidak ada perlakuan istimewa. Duduk pun bergabung dengan kader lain di tengah-tengah. Di baris ketiga. Baris depan untuk para tamu VIP seperti presiden, wakil presiden, para menteri, dan kader lingkaran satu seperti Sekjen Hasto Kristiyanto serta Puan Maharani dan Prananda Prabowo (keduanya anak Mega).

Dalam pidatonyi, Mega tak sekali pun menyebut nama Ganjar. Padahal, dalam narasi panjang hampir dua jam itu, beberapa nama seperti mantan Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo dan Komaruddin (DPP) ikut disebut. Tentu, selain Jokowi dan Wapres Ma’ruf Amin, sejumlah menteri seperti Menlu Retno Marsudi, Mendikbudristek Nadiem Makarim, hingga Menko PMK Muhadjir Effendy juga disentil.

Saat acara potong tumpeng, Ganjar juga tidak ikut ke depan. Intinya, ia seperti kader biasa lainnya.

Jokowi pun, saat naik panggung, tidak memberikan clue apa pun untuk sosok calon capres yang diinginkan. Tak ada istilah rambut putih. Tak ada lagi istilah wajah berkerut tanda kerja keras memikirkan rakyat. Di atas panggung, ia hanya memuji Mega yang tidak terburu-buru mengumumkan calon.  

Bocoran yang cukup signifikan dari Jokowi: capres PDIP yang masih disimpan di saku Mega itu adalah kader internal partai. Disambut tepuk tangan hadirin.

Bocoran itu sekaligus menguburkan analisis skenario koalisi dengan Gerindra yang akan mengusung Prabowo-Puan. PDIP sudah menegaskan akan mengisi pos capres dengan kader sendiri. Bukan slot cawapres.

Capres PDIP tentu juga akan berkaitan dengan suksesi internal. Sejak kongres sebelumnya pun, Mega sudah mulai menyebut perlunya suksesi kepemimpinan. Dia sudah memimpin sejak 1996 (termasuk masih era PDI). Berarti, sudah 27 tahun dia berada di pucuk. Pada saat kongres 2024, Mega berusia 77 tahun.

Wajar bila Mega akan sangat hati-hati memosisikan calon penerusnya, terutama Puan, sang putri yang kini sedang diberi pengalaman sebagai ketua DPR. Puan juga berkali-kali mewakili ibunyi dalam berbagai acara.

Karena itu, jangan kaget bila capres yang masih tersimpan di saku Mega adalah Puan. Saat ini adalah momentum terbaik bila Mega berniat mendorong anaknyi itu. Dulu, saat Jokowi dicalonkan pada 2014, Puan masih terlalu muda. Pada 2019 pun, belum juga momentumnyi. Kini Puan sudah berpengalaman menjadi menteri dan pimpinan parlemen. Itu sudah cukup sebagai modal pengalaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: