Rekaman CCTV dan Kesaksian Steward Buktikan Ada Tembakan Gas Air Mata ke Tribun

Rekaman CCTV dan Kesaksian Steward Buktikan Ada Tembakan Gas Air Mata ke Tribun

Jaksa Penuntut Umum (JPU) memberikan tanggapan kepada sejumlah saksi saat berlangsungnya sidang lanjutan tragedi Kanjuruhan yang digelar di Pengadilan Negeri Surabaya, Jawa Timur, Selasa (31/1/2023).-Julian Romadhon-Harian Disway

SURABAYA, HARIAN DISWAY - AHMAD YONI, steward yang bertugas saat laga Arema Versus Persebaya, 1 Oktober 2022 lalu, menjadi saksi di pengadilan. Yoni menjadi saksi dalam persidangan tiga terdakwa kasus tragedi Kanjuruhan. Yakni, Danki 1 Brimob Polda Jatim AKP Hasdarmawan, Kabag Ops Polres Malang Kompol Wahyu Setyo Pranoto, dan Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Achmadi.

Pada kesaksiannya, Yoni membeberkan kalau ada tembakan gas air mata ke arah tribun. Ada juga tembakan dari flash ball. “(Asal) dari barat agak selatan, arahnya ke tribun selatan. Kalau berapa kalinya gak tahu, karena saya fokus ke suporter,” terang Yoni, Selasa, 31 Januari 2023.


Suasana persidangan tragedi Stadion Kanjuruhan Malang yang berlangsung di Pengadilan Negeri Surabaya, Jawa Timur, Selasa (31/1/2023).-Julian Romadhon-Harian Disway

 

JPU Rahmat Hary Basuki meminta izin memutar rekaman CCTV untuk menguatkan kesaksian Yoni. “Izin Majelis hakim. Untuk menayangkan rekaman CCTV yang berada di tribun timur, atau papan skor Stadion Kanjuruhan,” ujar Harry.

Terlihat gas air mata mulai ditembakan ke lintasan lari di bagian selatan sekitar pukul 22.09 WIB. Empat menit kemudian tembakan susulan langsung mengarah ke tribun selatan.

“(Video) ini kami membuktikan kalau ada tembakan ke tribun. Kemarin ketika pemeriksaan (terdakwa sebagai saksi) bilang kalau enggak ada gas air mata yang ke tribun,” jelas Hary.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan kesaksian Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Achmadi. Katanya ia memerintahkan untuk melontarkan gas air mata hanya ke arah tengah lapangan.

Sementara mantan Danki 1 Brimob Polda Jatim, Kamis, 27 Januari 2023 lalu. Ia mengaku memerintahkan anak buahnya menembakkan gas air mata. Karena saat itu situasi sangat mendesak.

“Tujuannya untuk menghalau massa yang semakin banyak. Kami hanya 90 orang saat itu. Massa terus melakukan penyerangan. Anak buah saya sudah banyak yang terluka. Maka saya perintahkan menembak,” akunya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: