Tolak Negara Khilafah, Piagam PBB Landasan Fikih Baru
Dr. K.H. Ahmad Mustofa Bisri atau lebih sering dipanggil dengan Gus Mus membacakan puisi saat digelarnya 1 Abad NU di Lapangan GOR Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/2/2023)-Julian Romadhon-
SIDOARJO, HARIAN DISWAY- PUNCAK resepsi satu abad Nahdlatul Ulama (NU) menerbitkan piagam yang bersifat mendesak. Yakni, rekomendasi hasil Muktamar Fikih Peradaban I. Itu setelah 80 ulama dari 40 negara dikumpulkan di Hotel Shangri-La, Surabaya, pada Senin, 6 Februari 2023.
Piagam itu mengusung tekad baru. Merespons permasalahan global yang dihantui perpecahan antarnegara.
Rekomendasi itu pun dideklarasikan dua tokoh NU: KH Ahmad Mustofa Bisri alias Gus Mus dan Yenny Wahid. Langsung di hadapan jutaan warga nahdliyin saat acara resepsi puncak 1 abad NU di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Selasa, 7 Februari 2023.
Pembacaannya dilakukan secara bergantian. Didahului Gus Mus yang membaca piagam versi bahasa Arab. Kemudian, disusul Yenny Wahid yang mengartikannya dalam bahasa Indonesia.
”Nahdlatul Ulama berpandangan bahwa pandangan lama yang berakar pada tradisi fikih klasik, yaitu adanya cita-cita untuk menyatukan umat Islam di bawah naungan tunggal sedunia atau negara khilafah, harus digantikan dengan visi baru demi mewujudkan kemaslahatan umat,” ujar putri almarhum Gus Dur itu membacakan kalimat pertama piagam tersebut.
Diikuti dengan alasannya. Yakni, lanjut Yenny, cita-cita mendirikan kembali negara khilafah dengan cara berhadap-hadapan dengan nonmuslim bukanlah hal yang pantas diusahakan. Juga, tak pantas dijadikan sebagai sebuah aspirasi.
”Sebagaimana terbukti akhir-akhir ini melalui upaya mendirikan negara ISIS. Usaha semacam ini niscaya akan berakhir dalam kekacauan dan justru berlawanan dengan tujuan-tujuan pokok agama,” lanjutnyi.
Atau maqashidussyariah yang tergambar dalam lima prinsip. Yaitu, menjaga nyawa, menjaga agama, menjaga akal, menjaga keluarga, dan menjaga harta.
Dalam kenyataannya, usaha-usaha untuk mendirikan kembali negara khilafah nyata-nyata bertabrakan dengan tujuan-tujuan pokok agama tersebut. Sebab, menimbulkan ketidakstabilan dan merusak keteraturan sosial politik. Lebih dari itu, jika nanti akhirnya berhasil, usaha-usaha tersebut juga akan menyebabkan runtuhnya sistem negara-bangsa.
Suasana setelah acara dibuka oleh Joko Widodo, Presiden RI.-Moch Sahirol Layeli-
Maka, Nahdlatul Ulama mengusulkan cara yang lebih manjur untuk mewujudkan kemaslahatan umat Islam sedunia (al-ummah al-islamiyyah). Yakni, memperkuat kesejahteraan dan kemaslahatan seluruh umat manusia. ”Dan mengakui adanya persaudaraan seluruh manusia, anak cucu Adam, ukhuwah basyariyyah,” ungkap Yenny.
NU menilai bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berikut piagamnya memanglah tidak sempurna. Juga, mengandung masalah hingga saat ini. Namun, setidaknya piagam PBB itu punya niat yang baik. Sebagai upaya untuk mengakhiri perang yang amat merusak dan praktik-praktik biadab yang mencirikan hubungan internasional sepanjang sejarah manusia.
”Karena itu, Piagam PBB dan PBB itu sendiri bisa menjadi dasar yang paling kokoh untuk mengembangkan fikih baru,” tambah Yenny. Terutama untuk menegakkan masa depan peradaban manusia yang damai dan harmonis.
Atas dasar itulah, Nahdlatul Ulama memilih jalan lain. Ingin mengajak umat Islam untuk menempuh visi baru dan mengembangkan wacana baru tentang fikih. ”Juga, mendukung lahirnya tatanan dunia yang sungguh-sungguh adil dan harmonis,” terangnyi.
Yaitu, tatanan yang didasarkan pada penghargaan atas hak-hak yang setara dan martabat setiap umat manusia. Visi yang seperti itulah yang diyakini mampu mewujudkan tujuan-tujuan pokok syariah Islam. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: