Drama Korea Menginspirasi Ibu-Ibu Belajar Parenting

Drama Korea Menginspirasi Ibu-Ibu Belajar Parenting

Ibu dan anak saling bercengkrama-Ketut Subiyanto-Pexels

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Belajar parenting bisa dari mana saja dan kapan saja. Termasuk dari drama Korea. Sebab tTidak sekadar tayangan menghibur, drama Korea juga bisa menjadi inspirasi para orang tua masa kini. Untuk menghasilkan pola asuh terbaik untuk anak-anak mereka.

 

Menghabiskan waktu bersama anak di malam hari, menjadi agenda tersendiri bagi Noeraeni. Sebagai ibu dan wanita karir, Noeraeni atau yang akrab disapa Bu Nur menonton drama korea bersama sang anak menjadi momen berharga baginya. Nur sangat memahami ketertarikan anaknya dengan hal-hal berbau Korea. Dia dan sang anak kerap kali berdiskusi tentang plot dalam drama.

 

Salah satunya adalah drama Under The Queen’s Umbrella yang menjadi favoritnya. “Yang paling berkesan untuk saya waktu adegan sang ratu memberi kesempatan anak-anaknya untuk mandiri, menjadi diri sendiri meski tetap mengikuti aturan kerajaan. Ratu juga sangat bijaksana memikirkan masa depan keluarga kerajaan,” ujar Nur, saat ditanya mengenai pendapatnya tentang drama Korea favoritnya itu.

 

Drama Under The Queen’s Umbrella menceritakan lika-liku kehidupan sosok ratu kerajaan Korea dari sudut pandang yang berbeda. Di suatu kerajaan yang megah, sang ratu dalam drama bukanlah sekadar wanita cantik pendamping raja. Ratu Hwaryeong digambarkan sebagai sosok wanita tangguh yang cerdas dan tanggap. Menurut Nur, dia mencerminkan sifat seorang ibu yang ingin mendukung semua anak-anaknya dengan cara positif. Ia membuat kelima pangeran yang merupakan putra kandungnya, pantas dan mampu bersaing dengan anak para selir, untuk menjadi raja.

 

Saat ditanya pola asuh mana yang paling berkesan, dia membayangkan kondisinya di rumah. Rumah baginya adalah sebuah kerajaan dan ia adalah ratu yang mengarahkan masa depan kerajaannya. Meskipun terpaksa dan terkadang harus memaksa, Nur merasa Ratu membantu dilemanya selama ini.

 

Dia ingin mengarahkan yang terbaik tanpa mengabaikan suara anak-anaknya. Ratu dengan baik mengenal siapa calon pendamping anak-anaknya kelak, mendukungnya mengarahkan yang terbaik, tanpa meninggalkan nilai-nilai kerajaan. “Saya merasa mendapat contoh nyata. Saya sangat relate dan saya merasa tercerahkan.” Kata Nur.

 

Setali tiga uang dengan Lia Kencana Sari. Wanita yang memulai bisnis online-nya dengan Oriflame. Drama Under The Queen’s Umbrella sangat merefleksikan dirinya sebagai ibu kuat yang mampu menangani segala macam hal. Tidak hanya drama kerajaan, drama Korea lainnya banyak membuka wawasannya akan perkembangan jaman saat ini.  “Menambah wawasan banget sih, apalagi macam-macam profesi di sana. ini bisa jadi ilmu untuk aku untuk lebih bijak ke depannya,” terang Lia.

 

Dari skala 1-10, Nur dan Lia sama-sama memberi nilai delapan untuk Drama Under The Queen’s Umbrella, bagus ditonton untuk para ibu. Katanya, seorang ibu juga tetaplah manusia biasa yang punya salah dan khilaf. Angka delapan cukup untuk merepresentasikan sosok ibu yang memiliki kekurangan namun mau berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya.

Lain lagi dengan Annisa Uswatun Khasanah, calon ibu yang berprofesi sebagai guru sekolah dasar. Annisa atau yang akrab dipanggil Anis memang sudah lama menikmati drama Korea sebagai pelepas penat. Di tengah lalu lalang murid-murid sekolahnya, Annisa mengingat pertama kalinya menonton drama Korea saat madrasah aliyah kelas tiga.

Drama Korea terbaru yang paling menyentuhnya adalah Blind. Meski tidak secara eksplisit menjelaskan tentang pola asuh orang tua, namun adegan yang ditampakkan menggambarkan hasil dari suatu pola asuh yang salah.

Dengan emosi ia menjelaskan keprihatinannya pada fenomena anak-anak yang sengaja dibuang orang tuanya karena faktor ekonomi. “Pertanyaannya tuh kalau emang mau anak kenapa disia-siakan? Kenapa harus dilahirkan? Seharusnya orang tua itu paham apa dan bagaimana konsekuensinya kalau mau punya anak. Sebelumnya sudah disiapkan jangan asal bikin aja,” katanya. 

Berkaitan dengan profesinya sebagai pendidik, dia merasa tercerahkan dengan Blind. Ia semakin merasa perlu bersiap lebih matang lagi agar anak yang tinggal menunggu hitungan bulan lagi lahir ke dunia, menjadi anak yang baik dan berguna. Namun tak menutup kemungkinan dia siap untuk menjadi tameng dan pendukung anaknya kelak. Bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

“Anak itu titipan. Kalau sudah amanah, saya siap mendidik dan merawatnya sepenuh hati. Saya siap dengan segala resikonya. Terutama membuat anak saya nanti lebih mencintai diri sendiri. Agar ke depannya menjadi anak yang merasa cukup dengan kondisinya. Termotivasi untuk melakukan hal baik dan positif secara alami. Tidak didasarkan dari rasa kebencian,” tutur Anis diakhiri dengan senyum. (Hendrina Ramadhanti)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: