Apa Itu Ransomware: Ancaman Siber 2023 Prediksi BSSN

Apa Itu Ransomware: Ancaman Siber 2023 Prediksi BSSN

Hinsa Siburian menyampaikan Annual Report 2022 BSSN dalam acara press conference awal tahun yang digelar di Kantor BSSN, Jakarta Selatan-Badan Siber dan Sandi Negara-bssn.go.id

JAKARTA, HARIAN DISWAY - Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkapkan prediksinya soal ancaman siber yang mungkin terjadi selama tahun 2023 dalam Annual Report BSSN 2022. 

BSSN mengatakan, modus ancaman siber yang diprediksi akan terjadi di tahun 2023 ini adalah ransomware, Web Defacement ,serangan APT, DDoS, serangan Remote Desktop Protocol (RDP), Cryptojacking, kejahatan siber AI dan IOT, dan rekayasa sosial.

Hinsa Siburian selaku Kepala BSSN memaparkan modus ancaman siber yang paling sering terjadi adalah ransomware dan data breach.

Untuk mengatasi acaman siber ransomware yang marak, Hinsa dan pihaknya secara proaktif berkoordinasi dengan stakeholder guna memperbaiki celah keamanan melalui asistensi insiden siber.

"BSSN telah memberikan 1433 notifikasi peringatan deteksi insiden siber kepada stakeholder," ujar Hinsa Siburian di Kantor BSSN, Jakarta Selatan pada Senin, 20 Februari 2023.

Sebanyak 26 persen dari 1.433 insiden siber yang ditangani BSSN merupakan kejadian data breach. 26 persen lainnya adalah web defacement atau perubahan tampilan situs. 24 persen lagi serangan ransomware, dan 24 persen yang lain adalah jenis ancaman siber selain yang disebutkan.

BSSN menyebut, serangan data breach masih marak terjadi akibat lemahnya sistem keamanan yang menyebabkan kerentanan sistem teknologi informasi.

Di samping data breach, metode phising juga diprediksi masih akan banyak terjadi dengan melakukan pemalsuan situs, fake call, fake SMS, dan email.

Ketidakcermatan pegguna dalam mengelola infomasi dan tersedianya platform untuk transaksi jual beli data menjadi faktor tingginya penyerang untuk meraup keuntungan.

Aktor-aktor jahat di dunia siber memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan tersebut untuk melakukan serangan dengan tujuan pencurian data pribadi pengguna.

Kurangnya kewaspadaan masyarakat dengan teknologi informasi seperti itulah yang menjadi ladang uang bagi aktor-aktor jahat di dunia siber. (Radinka Daynara)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: