Cheng Yu Pilihan Ketua Yayasan Prajna Harmonis Kasino: He Er Bu Tong

Cheng Yu Pilihan Ketua Yayasan Prajna Harmonis Kasino: He Er Bu Tong

Cheng Yu Kasino--

KECUALI Anda berbisnis senjata, maka sebenarnya jauh lebih enak damai daripada bersengketa. Sederhana saja alasannya: akan sangat sulit untuk melakukan pembangunan di tengah situasi yang bergolak. Bila pembangunan tak ada, ekonomi tak akan terangkat. Jika ekonomi tidak menggeliat, beragam permasalahan akan mencuat. Lingkaran setan begini akan terus-menerus berputar menciptakan kesengsaraan. 

Namun, pakem begitu tentu tidak berlaku bagi yang mata pencahariannya memang menyulut konflik di mana-mana. Sebab, mereka akan lanjut menciptakan benturan-benturan baru demi meraup sebesar-besarnya keuntungan diri dan kelompoknya. Caranya macam-macam. Tapi yang utama adalah dengan mencari-cari perbedaan –dalam agama, ideologi, budaya, peradaban, dan sejenisnya.  

BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Pengusaha Furnitur Harsono Enggalhardjo

Kondisi demikian kian diperunyam oleh geopolitik dan geoekonomi dunia yang makin terbelah. Tiongkok yang selama 40 tahun terakhir bangkit dari keterpurukan, oleh Amerika yang sudah kadung nyaman berperan sebagai hegemon dunia, dicap sebagai rival nomor wahidnya. Maklum, tak akan ada yang rela kursi kekuasaannya tergantikan –apalagi oleh pihak yang dianggap berseberangan.

Apesnya, sikon internasional dimaksud merembet pula ke dalam perpolitikan domestik kita. Kita masih terbiasa mem-bully yang liyan dengan beragam label atau cemoohan antek ini-itu. Bahkan, nama-nama binatang yang tak ada sangkut pautnya pun ikut ditarik-tarik. Dulu kita mengenal "cebong" dan "kampret"; sekarang kita dihadapkan dengan "kadrun" dan "bipang". Hampir 10 tahun kita meributkan hal-hal yang tidak substansial.

Untungnya, di sekitar kita ternyata masih ada orang yang peduli terhadap kedamaian dalam keberagaman. Kasino alias Huang Yuanzi 黄愿字, contohnya.

Untuk memperkuat kesalingpahaman antara masyarakat Indonesia dan Tiongkok, ketua Yayasan Prajna Harmonis, Batam, tersebut rutin menggelar simposium dialog antarperadaban dengan mengundang pakar-pakar terkait dari kedua negara. Ia tekankan ajaran budi pekerti–yang bersumber dari Pancasila dan pemikiran filsuf-filsuf agung Tiongkok klasik– di sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan yayasannya. Telah 600 orang lebih yang dikirim ke Tiongkok untuk belajar bahasa dan budaya di sana. 

Menurut Kasino, baik Indonesia maupun Tiongkok, sama-sama merupakan bangsa yang menjunjung tinggi keharmonisan dengan manusia dan alam semesta. Sebagaimana Pancasila yang mengajarkan kita untuk "berbeda-beda tapi tetap satu jua", falsafah Tiongkok juga menegaskan apa yang disebut sebagai "和而不同" (hé ér bù tóng): kendati tidak sama, tetapi bisa hidup harmoni.

Ya, pelangi indah karena warna-warni. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: