Kanjuruhan, Tragedi Sepak Bola Indonesia

Kanjuruhan, Tragedi Sepak Bola Indonesia

ILustrasi tragedi kanjuruhan dan timnas israel-Ilustrasi: Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

PENGADILAN Negeri Surabaya mengadili kasus tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 suporter Aremania dan melukai ratusan lainnya. Kasus itu mendunia dan menjadi salah kasus kerusuhan sepak bola dengan korban paling besar di dunia

Dalam sidang putusan Kamis, 16 Maret 2023, hakim memvonis bebas dua anggota polisi. Keduanya didakwa memerintahkan penembakan gas air mata, yang mengakibatkan kekacauan di dalam stadion yang berakhir dengan kematian 135 suporter.

Tragedi tersebut menjadi perhatian suporter sepak bola di seluruh dunia. Dalam berbagai pertandingan di kompetisi sepak bola di Eropa, suporter membentangkan spanduk besar dengan narasi ”Kanjuruhan is Murder” (Kanjuruhan Adalah Pembunuhan). Puluhan ribu suporter Arema melakukan unjuk rasa tanpa lelah menuntut kasus itu diusut tuntas.

Putusan pengadilan menjadi antiklimaks. Dua anggota polisi itu divonis bebas. Sebelumnya, panitia pelaksana dan petugas keamanan divonis ringan 1,5 tahun dan 1 tahun. Keputusan tersebut tak sekadar tidak memenuhi asas rasa keadilan, tapi juga kental dengan unsur sulap hukum.

Pertimbangan majelis hakim mirip tukang sulap. Dua polisi itu tidak bersalah karena sebenarnya mereka tidak menyemprotkan gas air mata ke arah penonton. Tetapi, karena ada embusan angin kencang, gas air mata itu terbawa angin dan mengarah kepada penonton.

Hakim menyalahkan angin ketimbang petugas polisi. Mungkin analoginya sama dengan orang menyemprotkan obat nyamuk dalam kamar, tidak disemprotkan langsung ke arah nyamuk, tapi nyamuk mati akibat obat semprot yang terbawa aliran udara. Nyamuk bersalah karena tidak meninggalkan kamar.

Supaya sulapannya lebih sempurna, mungkin nanti majelis hakim akan mengadili angin sebagai terdakwa. Tidak ada yang mustahil di negeri sulap ini. Seorang purnawirawan polisi menabrak mahasiswa sampai mati. Bukannya Pak Polisi yang menjadi tersangka, tetapi malah mahasiswa yang sudah mati jadi tersangka. Kalau mayat saja bisa jadi tersangka, angin pun bisa menjadi tersangka.

Dunia sepak bola Indonesia masih akan dipenuhi atraksi sulap. Salah satunya adalah akan menyulap timnas Israel supaya bisa datang ke Indonesia mengikuti Piala Dunia U-20 Juni nanti. Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan besar itu. Israel menjadi satu di antara 24 negara yang lolos ke putaran final di Indonesia.

Ketua PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) Erick Thohir –yang rangkap jabatan sebagai menteri BUMN– sudah menjamin bahwa timnas Israel akan diperbolehkan datang dan bermain di Indonesia. Pernyataan itu mirip sulap yang mengagetkan. Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel, bagaimana caranya warga Israel bisa masuk ke Indonesia? 

Indonesia dengan tegas mendukung kemerdekaan Palestina yang sudah dijajah Israel sejak 1948. Mungkin Erick Thohir lupa baca sejarah dan lupa baca UUD 1945 yang tegas menyatakan bahwa penjajahan dan penindasan di seluruh dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. 

Pembukaan UUD 1945 itulah yang menjadi landasan utama Indonesia untuk mendukung kemerdekaan Palestina. Kalau Erick Thohir mengizinkan timnas Israel bermain di Indonesia, ia melanggar UUD 1945. 

Erick Thohir beralasan bahwa sepak bola tidak ada hubungannya dengan politik. Itu adalah pernyataan sulap karena menghilangkan fakta yang ada di depan mata, bahwa sepak bola dan olahraga secara keseluruhan selalu berhubungan dengan politik.

Erick Thohir lupa terhadap kasus Rusia yang dicekal ikut turnamen sepak bola Piala Dunia di Qatar tahun lalu gegara menginvasi Ukraina. Padahal, Erick Thohir dan konco-konconya menonton ke Qatar dan videonya viral ketika ia kongko-kongko di hotel. Seharusnya Erick ingat bahwa pencekalan Rusia adalah contoh hubungan sepak bola dan politik.

Organisasi sepak bola dunia FIFA melarang Rusia mengikuti rangkaian Piala Dunia karena menginvasi Ukraina. Perang Rusia vs Ukraina belum setahun ketika itu. Tapi, FIFA sudah tegas mencekal Rusia. Sementara itu, Israel sudah menjajah dan menduduki Palestina sejak 1948, tapi FIFA tidak menjatuhkan sanksi. Indonesia juga pura-pura menutup mata dengan menerima kedatangan timnas Israel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: