Cheng Yu Pilihan Ketua LMKN Dharma Oratmangun

Cheng Yu Pilihan Ketua LMKN Dharma Oratmangun

Cheng Yu Dharma Oratmangun--

SECARA sederhana, filsafat Tiongkok bisa dikatakan sebagai filsafat humanisme. Filsuf-filsufnya tidak banyak membahas perkara-perkara yang berkaitan dengan ketuhanan, tapi lebih memfokuskan diri untuk memikirkan masalah-masalah kemanusiaan. 

Mungkin Taoisme yang dikembangkan Lao Tzu saja yang termasuk pengecualian: masih memberikan porsi yang lumayan besar untuk menerangkan apa yang disebut Tao. Namun, kendati tak sedikit yang mengartikan Tao sebagai Tuhan, tetapi Tao yang dimaksud Lao Tzu agaknya lebih dekat ke entitas di sekitar kehidupan manusia: alam semesta. 

Konfusius sebaliknya. Dalam kitab Lunyu (论语), filsuf besar yang banyak memengaruhi weltanschauung masyarakat Tiongkok ini, blak-blakan mengatakan, "子不语怪力乱神" (zǐ bù yǔ guài lì luàn shén). "Aku ogah membicarakan hal-hal transendental." Kira-kira demikian terjemahan bebasnya. 

BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Steven Tirtawidjaja: Zhi Jian Xing Ku

Tentang kemanusiaan, para filsuf Tiongkok memulai elaborasi pemikirannya mengenai sifat asli manusia sejak lahir. Pendapat mereka terbelah: ada yang menyatakan sejak lahir sifat asli manusia adalah baik (人性本善 rén xìng běn shàn); ada yang menyatakan sejak lahir sifat asli manusia adalah jahat (人性本恶 rén xìng běn è).

Kendati demikian, mereka semua sepakat bahwa, sebagaimana dinyatakan kitab San Zi Jing (三字经), yang baik bisa menjadi buruk, yang buruk pun bisa menjadi baik –seiring waktu dan pengaruh lingkungan. Di sini, manusia terlihat sebagai objek yang hanya bisa menerima; tidak bisa berbuat apa-apa. 

Padahal, manusia sejatinya bisa berperan sebagai subjek yang bisa mengontrol diri mereka sepenuhnya. Itulah mengapa ada ungkapan yang mengatakan, "江山易改,本性难移" (jiāng shān yì gǎi, běn xìng nán yí): sungai dan gunung gampang diubah, sifat asli manusia sulit diubah. 

Dharma Oratmangun, ketua Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) serta pendiri Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI), percaya akan sulitnya mengubah karakter atau sifat bawaan manusia tersebut. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: