Klien Dukun Slamet Orang yang Merasa Miskin

Klien Dukun Slamet Orang yang Merasa Miskin

Ilustrasi dukun slamet.-Ilustrasi: Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Setelah dukun Wowon, ada dukun Slamet. Sama-sama mengaku pengganda uang. Uniknya, korban percaya. Padahal, mereka bukan orang miskin. Wowon dapat Rp 1,5 miliar. Pendapatan Slamet belum diungkap polisi. Klien terakhir setor Rp 75 juta. 

SUDAH ada contoh dukun Wowon, dengan jumlah korban dibunuh sembilan orang. Namun, masyarakat tidak takut. Tetap berusaha menggandakan uang. Lalu, muncul dukun Slamet dengan jumlah korban 12 orang dibunuh.

Bahwa korban bukan orang miskin, sudah jelas. Mereka menyetorkan puluhan –bahkan ratusan– juta rupiah ke dukun untuk digandakan. 

Berikut ini sekilas perbandingan Wowon, 60, dengan Slamet, 45, dalam hal perolehan uang.

Kabidhumas Polda Metro Jaya Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko kepada pers, Kamis, 26 Januari 2023, menjelaskan, dari dua korban hidup saja, Wowon meraup Rp 363 juta.

Yakni, dari Hana, TKW di Arab Saudi, sudah transfer ke Wowon cs Rp 75 juta. Untuk digandakan, dijanjikan Wowon bisa berubah jadi Rp 3 miliar.

Lalu, dari Aslem, TKW Saudi juga, tapi sudah pulang ke Karawang, Jabar, sebesar Rp 288 juta. Untuk digandakan, menurut Wowon, bisa jadi Rp 5 miliar.

Hana dan Aslem menyetorkan uang mereka tidak spontan, tetapi bertahap setiap bulan, diambilkan dari gaji mereka sebagai TKW. Sedangkan jumlah uang dari para korban lainnya masih dilacak polisi. Sebab, tentu penyetoran uang itu tanpa bukti.

Sementara itu, pendapatan Slamet belum diumumkan polisi. Slamet membuat aturan, klien harus membayar mahar di muka (besaran belum diumumkan). Juga, klien harus menyetorkan uang yang akan digandakan.

Korban Slamet yang terakhir adalah Purwanto (dibunuh Slamet). Ia sudah setor Rp 75 juta. Untuk digandakan jadi Rp 5 miliar. 

Purwanto mendatangi rumah Slamet di Desa Balun, Banjarnegara, Jateng, Kamis, 23 Maret 2023. Ia dari rumahnya di Cibadak, Sukabumi, naik mobilnya, Wuling. Itulah hari pembunuhannya.

Dari jumlah setoran Purwanto dan nilai mobil yang ia bawa, jelas ia bukan orang miskin. Setoran para korban Slamet lainnya masih disidik polisi.

Mengapa mereka mau menggandakan uang ke dukun dengan risiko mati? Mengapa mereka tidak menggandakan uang melalui investasi bisnis dengan risiko rugi? Jawaban sesungguhnya cuma bisa diberikan para korban. Yang mayoritas sudah mati. 

Orang selain korban cuma bisa menduga-duga penyebab mereka menggandakan uang: Serakah. Berdasar nilai miliaran rupiah yang jadi target penggandaan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: