Serial Geliat Masjid Perumahan (Seri 18): Masjid Baitullah, Sidoarjo; Persatukan Warga

Serial Geliat Masjid Perumahan  (Seri 18): Masjid Baitullah, Sidoarjo; Persatukan Warga

Tempat ibadah yang nyaman yang diandalkan di lingkungan Perumahan Grand Surya, Sidoarjo, ini dipandegani Ketua Takmir Masjid Baitullah Syafi’ur Rohman-Andika Bagus Priambodo-Harian Disway

SIDOARJO, HARIAN DISWAY - Masjid Baitullah, Perumahan Grand Surya, Sidoarjo adalah masjid andalan warga perumahan elit di Kota Delta. Menjadi satu-satunya di tengah-tengah empat blok kawasan permukiman warga.

Masjid ini didirikan di atas lahan dua kavling. Bentuknya melebar. Model bangunannya sangat sederhana. Bagian atapnya berbentuk limas. Mirip banguan khas budaya Jawa Timuran. Di sekeliling bibir bangunan dipercantik dengan kanopi. Bagian teras masjid mepet dengan jalan tanpa pagar.

Warga perumahan senang memiliki masjid itu. Mereka rajin bergotong-royong merawatnya sejak 2015. ”Masjid ini adalah wadah yang mempersatukan warga dan di lingkungan Grand Surya,” ujar Abi Rusman Hadi, penasihat.

Maklum masjid itu sangat bersejarah bagi warga perumahan. Penamaannya tercetus dari celetukan spontan Abah Rusman, panggilan Abi. Kala itu Abah Rusman sedang memberi sambutan di hadapan hadirin dan tamu undangan. Dalam acara pemilihan anggota kepengurusan masjid. Sebulan usai masjid itu didirikan.

Sejak itu pembangunan berlangsung cepat. Tidak banyak memakan waktu. Hanya butuh dua bulan. Pekerja yang diterjunkan pengembang mampu dengan sigap menuntaskan pekerjaan.

Catatan sejarah lainnya adalah kala proses pengurus memulai ingin memakmurkan masjid. Padahal sejumlah warga sempat meragukan masjid. ”Banyak yang ngendoni istilah Jawanya. Menanyakan apakah dapat langsung dimanfaatkan untuk menggelar ibadah Jumatan sementara warga belum banyak yang berjemaah,” terang Abah Rusman.

Ditambah lagi proses pembangunannya belum tuntas betul. Usai dibangun ditinggal begitu saja tanpa dilakukan proses finishing. Banyak sisa adonan semen dan cat yang menempel di lantai dan dinding belum dibersihkan oleh para pekerja.

Melihat hal itu warga dikumpulkan. Diajak urun rembuk. Diambil kesepakatan untuk meneruskan proses pembangunan masjid secara swadaya. Mereka lantas bergotong-royong membersihkan sisa-sisa pembangunan. Menuntaskan proses finishing dalam waktu seminggu.

Sampai akhirnya masjid bisa ditempati. ”Kami ajak masyarakat rajin beribadah bersama untuk berjemaah. Nyatanya pas Jumatan, jemaah membeludak sampai ke jalan-jalan dengan menggelar tikar dan sajadah,” paparnya.

”Termasuk kalau salat hari besar Islam lainnya itu. Warga begitu antusias. Melebihi kapasitas masjid di ruang utama hingga teras yang sebenarnya cukup untuk menampung 200 jemaah saja,” sambungnya.


Ruang utama masjid yang sangat lapang. Ditambah dengan teras, masjid ini bisa menampung 200 jemaah.-Andika Bagus Priambodo-Harian Disway

Sebulan lewat masjid itu diresmikan, bulan puasa datang. Itulah kali pertama bulan Ramadan yang meriah bagi warga perumahan dengan punya masjid sendiri. Bisa salat tarawih serta melakukan beragam kegiatan ibadah sunah lainnya di masjid.

Kini, pagi hingga malam masjid itu tak pernah sepi. Menjadi tempat ibadah warga mulai Subuh hingga menjelang tengah malam. Kegiatan yang umum dilakukan masjid-masjid ala kampung mewarnai Masjid Baitullah.

Mulai salat wajib berjamaah, tadarus, hingga berbagi jadwal antar warga untuk menyalurkan takjil. Oleh pengurus memang di konsep seperti itu agar menumbuhkan rasa saling memiliki dan guyub rukun antarwarga.

Ramadan pertama terlewati meriah. Tapi ada PR lagi menanti. Yakni pelaksanaan salat Idulfitri. Pengurus masjid berjuang lagi. Kali ini bukan perkara tentang pembangunan. Tetapi lebih tentang kelengkapan di dalam masjid. ”Masjid belum punya mimbar,” ungkapnya.

Cepat-cepat pengurus mencarikan mimbar. Karena sebagian warga protes bahwa masjid harus ada mimbarnya. ”Kami carikan. Ketemu setelah berkeliling ke luar daerah di Pasuruan. Pas dan cocok. Kami beli mimbar itu dengan dana persekot,” terangnya.


Mimbar masjid dari kayu yang dibeli oleh takmir masjid di Pasuruan.-Andika Bagus Priambodo-Harian Disway

”Kami melanjutkan proses pengembangan masjid atas peran serta dukungan warga. Kami sangat mensyukuri itu. Hubungan emosional antarwarga yang baik inilah modal untuk memakmurkan masjid,” tambah Abah Rusman yang juga imam masjid.

Sejak itu pengurus dan warga memupuk kebersamaan. Meramaikan masjid dengan penuh semangat untuk melahirkan inovasi yang semakin beragam. Tak heran jika masjid menjadi tambah ramai.

Meskipun lokasi masjid menjorok ke area dalam lingkungan perumahan tetapi di bawah kepemimpinan Ketua Takmir Masjid Baitullah, Grand Surya, Sidoarjo Syafi’ur Rohman, lingkungan masjid menjadi tempat ibadah andalan yang nyaman.

Alhamdulillah sekarang bertambah ramai dan makmur. Berkat kebersamaan masyarakat yang terjalin begitu erat dan baik. Harapan saya untuk ke depannya semoga bertambah makmur. Makin dimudahkan segala urusannya oleh Allah SWT,” tuturnya.

Kini pengembanganya sudah kian pesat. Keberadaan Taman Pendidikan Alquran (TPQ) semakin diminati warga. Mereka menitipkan putra dan putrinya menimba ilmu agama di TPQ yang berada di antara pemukiman warga blok C dan blok B itu.

Termasuk peningkatan bangunannya. Tembok masjidnya bersolek dengan penambahan roster dengan ukiran khas Maroko. Bercat berwarna putih bersih. Dipadu dengan nuansa warna krem pada area sekeliling dinding lainnya yang elok.


Penambahan roster dengan ukiran khas Maroko yang cantik pada tembok masjid yang bercat putih bersih.-Andika Bagus Priambodo-Harian Disway

Beragam kegiatan pun padat. ”Paling rutin bulan Ramadan ya buka puasa bersama untuk semua warga. Ada juga pondok Ramadan untuk anak-anak dan kajian bapak-bapak dan ibu-ibu,” beber Abah Rusman. (Eko Setyawan)

Indeks: Masjid Fauzie Al Muttaqiy, Perumahan Kahuripan Nirwana Village, Sidoarjo BACA BESOK

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: