Kematian Kristus yang Dinista Membawa Perdamaian Kekal

Kematian Kristus yang Dinista Membawa Perdamaian Kekal

Monolog Nikodemus tentang perjalanan sengsara Yesus menuju Golgota.-Julian Romadhon-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- Dalam balutan warna hitam jemaat GKI Darmo Satelit memasuki gereja. Tiap-tiap bangku mulai terisi secara satu-persatu. Hampir penuh. Kemudian Pdt. Deddy Gunawan Setyaputra memasuki mimbar, tanda ibadah peringatan Jumat Agung dimulai.

Dimulai dengan nyanyian Tercurah Darah Tuhanku dari Kidung Jemaat no 35. Ibadah bertujuan untuk mengimani dan mengamini bahwa darah Yesus adalah sumber keselamatan raga dan rohani. 

Setelahnya diikuti monolog dari beberapa tokoh dalam alkitab. Seperti Maria, Nikodemus, Yusuf Kayavas, dan terakhir Longinus. Setelah monolog dilanjutkan dengan khotbah.

Dalam khotbahnya, Pdt. Deddy mengupas secara mendalam bagaimana jalan sengsara Yesus. Mulai bagaimana perjalanan Yesus ke Golgota bukan karangan dari para muridnya. Hingga mengupas makna penghukuman salib yang sangat memalukan pada jaman itu.

GKI sendiri memiliki tema utama secara sinodal. Untuk Jemaat bagian Darmo Satelit, tema yang diusung adalah kematian kristus yang dinista membawa pendamaian kekal. Tema utama tersebut bisa diterapkan sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap jemaat.

“Pesannya sama, mungkin kalimat tema sedikit diubah-ubah dikit”, Jelas Pdt. Deddy. Sehingga seluruh GKI yang tersebar di seluruh Indonesia selaras menggunakan tema ini. Dengan tema ini harapannya GKI bisa lebih merangkul seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.

“Ketika kita melihat bagaimana kematian Yesus itu menunjukan cintanya yang merangkul semua manusia, semua umat, tidak membeda-bedakan”, Ucap Pdt. Deddy.

Dalam liturgi GKI setelah Jumat Agung ada hari Sabtu Sunyi. Berbeda dengan beberapa gereja lainnya GKI meyakini bahwa Sabtu Sunyi digunakan untuk merenungi kesalahan diri secara mandiri. Tidak ada lagi ibadah untuk Sabtu Sunyi. Umat diharap mengintropeksi diri di rumah dan mempersiapkan paskah untuk esoknya.

“Karena Sabtu Sunyi diutamakan kita tinggal di dalam kesunyian. Sehingga tidak ada kebaktian komunal,” ucap Pdt. Deddy dengan hangat. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: