”Darah Segar” Para Punggawa Majelis Kesejateraan Sosial Pacu Akselerasi ’Aisyiyah
Sesi perkenalan anggota Pimpinan Majelis Kesejahteraan Sosial Pimpinan Pusat ’Aisyiyah dipandu sekretaris dengan metode komunikasi antarpribadi. Ada 20 yang hadir berasal dari Jakarta, Surabaya, Malang, dan Yogyakarta.-istimewa-
Januari 2023, awal tahun, adalah awal langkah besar mengemban amanah persyarikatan ’Aisyiyah. Bersama 20 perempuan ”berdarah segar” yang siap melaksanakan program.
Sebagai organisasi perempuan berkemajuan, mengawali abad kedua dalam gerakannya, ’Aisyiyah mengemban dan membangun kehidupan umat dan bangsa. Menuju peningkatan kesejahteraan, keadilan, dan menjunjung kehidupan yang bermartabat. Termasuk memajukan perempuan dan membangun kehidupan yang religius. Melalui peran dakwah di berbagai aspek kehidupan.
Dalam Risalah Pencerahan dinyatakan bahwa Islam adalah agama yang membawa dan menyebarluaskan risalah pencerahan (din at-tanwīr). Mengeluarkan umat manusia dari kegelapan (azh-zhulumāt) kepada kehidupan yang tercerahkan (an- nūr).
Pencerahan merupakan nilai keutamaan yang tertanam dalam segenap kebaikan jiwa, pikiran, sikap, dan tindakan yang maslahat, berkeadaban, dan berkemajuan.
Agenda pencerahan menjadi komitmen ’Aisyiyah untuk menghadirkan gerakan praksis dalam konteks dan peran sebagai gerakan perempuan Islam berkemajuan. Guna mencerahkan peradaban bangsa. Di tengah kondisi dan dinamika perkembangan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Hal ini sesuai QS Al Baqarah (2): 30.
Punggawa Muda
Kepemimpinan Majelis Kesejahteraan Sosial periode 2015-2022 telah membawa perubahan cukup signifikan tentang pemahaman pola pikir yang lebih luas. Yakni social protection atau perlindungan sosial. Di dalamnya termasuk kemiskinan, kekerasan, ketidak adilan yang dialami oleh anak, perempuan, lansia, dan disabilitas.
Guna menyusun program kerja sekaligus mengimplementasikan di seluruh wilayah Indonesia, dibutuhkan tenaga, pikiran dan waktu. Paling tidak untuk lima tahun ke depan. Terlebih berbagai tantangan yang dihadapi bangsa dan negara akan semakin berat. Bisa dipastikan dibutuhkan tenaga muda yang terampil dan santun dalam memimpin.
Pilihan model kepemimpinan yang kolektif kolegial cukup tepat untuk diterapkan di ’Aisyiyah. Tentunya tetap mementingkan kompetensi dan integritas yang matang. Kepemimpinan tersebut mengandung makna bahwa segala masalah dihadapi secara bersama dengan musyawarah mufakat. Harapannya semua persoalan bisa diatasi dan roda organisasi berputar lebih cepat. Hasil akhirnya, kemajuan ’Aisyiyah bisa diakselerasi.
Beberapa senior Persyarikatan Muhammadiyah ’Aisyiyah senantiasa memberikan wacana dan harapan agar muncul kader muda potensial yang mampu menggawangi. Oleh karena itu menjelang Muktamar Solo bermunculan nama-nama yang digadang.
Tak terkecuali di Majelis Kesejahteraan Sosial Pimpinan Pusat ’Aisyiyah periode 2022-2027, dipilih kader ”berdarah segar”. Harapannya, mampu mengejawantahkan dan menerapkan makna QS Al Ma’un sebagai cikal bakalnya.
Pola Pengaderan
Sebagai organisasi Islam besar di Indonesia, Muhammadiyah mempunyai organisasi otonom di setiap tingkatan. ’Aisyiyah adalah salah satu organisasi otonom yang kedudukannya sejajar secara usia dengan Muhammadiyah. Untuk menuju ke tingkat tersebut, selayaknya harus melalui tahapan pengaderan massal.
Anggota Pimpinan Majelis Kesejahteraan Sosial Pimpinan Pusat ’Aisyiyah bersama Ketua Umum PPA saat Rapat Pleno Majelis perdana. -istimewa-
Di tingkat dasar ada Ikatan Pelajar dan Ikatan Mahasiswa. Tingkatan Pemuda Muhammadiyah yang selanjutnya menjadi Pimpinan Muhammadiyah. Nasyiatul ’Aisyiyah adalah pola pengaderan selanjutnya menjadi pimpinan di ’Aisyiyah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: