Dalam Buku Puisi ”Tiga Kitab” Karya Soe Tjen Marching Kulik tentang Bapa Kami dan ’98

Dalam Buku Puisi ”Tiga Kitab” Karya Soe Tjen Marching Kulik tentang Bapa Kami dan ’98

Senyum penulis buku puisi Tiga Kitab, Soe Tjen Marching yang dihasilkannya selama produktif di rumah saja saat pandemi. -Elvina Thalita Alawiyah-

Ya Bapa di surga/Datanglah kerajaan-Mu/Terwujudlah kehendak-Mu/Kau takdirkan aku berada dalam bis/Bulan Mei itu bersama adikku yang juga bermata sipit/dan Kau biarkan para lelaki menjajah tubuhku/Merobek tubuh adikku.

”Peristiwa itu terjadi pada '98. Sering kita mendengar pemerkosaan terhadap etnis Tionghoa. Ibu Soe Tjen mempertanyakan Tuhan yang diam ketika kejadian-kejadian tragis itu berlangsung,” ujar dosen Psikologi Ubaya itu. Dia menganggap bahwa puisi dalam buku Tiga Kitab merupakan pikiran dan kritik terhadap eksistensialisme agama. 

Dede mengatakan bahwa puisi Soe Tjen diambil dari teks-teks kitab yang dihayati oleh umum, diramu ulang dalam konteks kekinian. ”Konstruksi sastra di dalamnya, membawa pada peristiwa-peristiwa yang sampai sekarang belum boleh atau tidak dibicarakan,” ujar founder Gaya Nusantara itu.
Founder Gaya Nusantara Dede Oetomo yang mendampingi Soe Tjen Marching mendiskusikan bukunya yang mengulik tentang kitab suci dan tragedi '65 dan '98. -Elvina Thalita Alawiyah-

Tiga Kitab dibagi menjadi tiga bagian. Mulai dari awal mula, perjalanan dan berbagai kisahnya serta tahap akhir. Layaknya kitab suci. Puisi-puisi di dalamnya dapat dibaca secara acak, meski sebenarnya, Soe Tjen menulisnya secara urutan. Dari awal hingga akhir. Satu puisi berlanjut ke puisi berikutnya. Saling terhubung.

"Gaya seperti itu muncul, mungkin karena saya penulis prosa, ya. Tapi dalam prosesnya memang saya tulis secara acak, kemudian saya runutkan seperti dalam buku ini,” pungkasnya. 

Dengan Tiga Kitab, Soe Tjen membawa pengalaman pembacaan baru. Bagi mereka yang menganggap kesakralan sebagai suatu hal yang tak bisa diganggu gugat mungkin akan sulit menerima. Tapi semangat zaman saat ini memberi kebebasan bagi siapa saja untuk menilai. Sebuah gagasan tak boleh dihakimi. (Heti Palestina Yunani-Guruh Dimas) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: