Geliat Bangun Kota Reog: PR Tumbuhkan Mindset Wisata (10)

Geliat Bangun Kota Reog: PR Tumbuhkan Mindset Wisata (10)

Durian montong hasil bumi Ponorogo yang di jual di Terminal Telaga Ngebel di Stan milik Wiji. -Boy Slamet/Harian Disway-

Ponorogo dikaruniai alam yang indah dan hasil alam melimpah. Citra sebagai Kota Reog juga menjadi modal besar dalam pengembangan pariwisata. Namun, sektor itu belum bisa jadi andalan pemkab. PAD yang disumbangkan sangat kecil.

 

“HALAH, berapa? Paling dari Ngebel, pemkab cuma dapat satu miliar,” ujar Bupati Sugiri Sancoko seusai berbuka puasa di Pendopo Agung Ponorogo. Angka Rp 1 miliar itu relatif sangat kecil. Apalagi anggaran belanja Ponorogo pada APBD 2023 mencapai Rp 2,2 triliun. 

Kabupaten dengan penduduk 949 ribu jiwa itu memiliki banyak potensi wisata alam. Selain Telaga Ngebel, ada Mloko Sewu,Tanah Goyang, Air Terjun Pletuk, Coban Lawe, Taman Wisata Ngembag, Tumpak Pare, hingga Air Terjun Sunggah.

Sugiri melamun beberapa detik setelah menyeruput kopinya. Pendapa di kompleks kantor Pemkab Ponorogo itu memang jadi tempat favoritnya untuk merenung. Tiba-tiba ia nyeletuk. “Mengubah peradaban itu tidak gampang. Yang paling sulit memang mengubah mindset. Sulit,” tegas bupati berusia 52 tahun itu.

Yang dimaksud adalah mindset pariwisata. Untuk mengembangkan sektor itu, dibutuhkan banyak kelompok sadar wisata (pokdarwis). Sudah ada beberapa pokdarwis di Kota Reog. Namun mereka masih perlu belajar dari desa wisata di wilayah lain agar cakrawala pengetahuan mereka terbuka.

Pemkab secara rutin mengirimkan perwakilan pokdarwis dari desa wisata ke berbagai kota unggulan.  Salah satu yang moncer dan dekat dengan Ponorogo adalah desa-desa wisata di Jogjakarta.

“Kemarin kita ngirim berapa, Mas? 20 sampai 30, kan, kayaknya?” tanya Sugiri ke staf ahli yang menemaninya malam itu. Rupanya yang dikirim 25 desa wisata. Kata Sugiri, mereka harus naik kelas. Tidak cuma menyandang predikat desa wisata. Tetapi berkembang jadi desa wisata digital.

Salah satu pioneer desa wisata digital itu adalah Wisata Dewi Tinalah di Kulon Progo, Jogjakarta. Hal penting yang didapat dari sana adalah penting branding dan publikasi di media sosial. Promosi memerlukan keterlibatan generasi muda yang melek medsos.


Tempat penginapan di Telaga Ngebel masih perlu diperbanyak untuk menggaet wisatawan. -Boy Slamet/Harian Disway-

Sugiri sudah melakukan itu di tim media Pemkab. Ada banyak anak muda kreatif yang dilibatkan yang mengemas acara pemkab menjadi sangat humanis dan diterima di medsos. Menurutnya, pertarungan promosi di media sosial harus dimenangkan untuk menggaet wisatawan. Kalau telat menyadari hal itu, maka branding Ponorogo bakal jalan di tempat.

Selain promosi, Sugiri juga menekankan pentingnya ekosistem wisata di setiap desa unggulan. Pokdarwis harus membuat cara agar wisatawan tidak kapok datang lagi ke tempat mereka. “Jangan sampai ketika sudah dibuka tempat wisatanya, ekosistem belum jalan. Kita harus memikirkan caranya agar orang mau datang lagi ke Ponorogo,” lanjutnya.

Ponorogo memerlukan banyak investor agar mau membangun hotel-hotel di dekat tempat wisata. Tanpa penginapan yang dikelola pokdarwis juga harus diperbanyak. Tanpa fasilitas itu, maka wisatawan yang datang dipastikan hanya dari Ponorogo atau kota tetangga. 

Pun demikian dengan restoran dan kuliner yang turut menyumbang PAD. Ketika semua unsur itu siap, Pemkab Ponorogo bisa mengambil pendapatan dari sektor pajak hotel, restoran, dan parkir. Uang yang didapat bisa diputar kembali untuk mengembangkan tempat wisata di berbagai titik.

Sumber: