Pendidikan Vokasi Adalah Jalan Utama untuk Meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul
Ilustrasi lulusan pendidikan vokasi siap kerja.--
Provinsi yang memiliki persentase APK paling tinggi ialah Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebaliknya, Bangka Belitung menjadi daerah yang memiliki angka partisipasi kasar paling rendah.
Kemudian, pada 2021, persentase APK secara nasional mengalami peningkatan hingga bertengger pada angka 31,19 persen. Rilis terakhir pada 2022, APK perguruan tinggi nasional mencapai angka 31,16 persen.
Data tersebut menunjukkan bahwa APK perguruan tinggi secara nasional belum berkembang pesat. Masih perlu upaya penuh dari pemangku kebijakan untuk terus mendorong agar siswa lulusan sekolah menengah tingkat atas bersedia untuk menempuh pendidikan lebih lanjut pada jenjang perguruan tinggi.
Kendati demikian, Kemendikbudristek berharap agar seluruh entitas yang bertugas membidangi pendidikan tidak serta-merta mengejar tingginya APK di suatu wilayah. Melainkan, hal itu perlu dibarengi dengan peningkatan kualitas pendidikan tinggi di daerah masing-masing.
Tujuannya, tak lain ialah mencetak SDM unggul yang memiliki integritas sehingga mampu bersaing dengan adanya ”kompetisi” pasar bebas. Salah satu bentuk peningkatan kualitas pendidikan tinggi ialah mengimplementasikan kurikulum yang berbasis vokasional.
Vokasi Menjadi Solusi Peningkatan APK
Pemerintah melalui Kemendikbudristek telah mengesahkan Perpres No 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi. Diresmikannya peraturan tersebut bertujuan mewujudkan SDM yang kompeten sehingga dapat diserap pasar kerja.
Selain itu, kompetensi sumber daya manusia yang sudah mendapatkan pendidikan dan pelatihan vokasi diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan secara mandiri. Pendidikan vokasi, menurut Mendikbudristek Nadiem Makarim, memang sengaja didesain dengan dua dimensi kunci. Yakni, dimensi kebekerjaan atau kewirausahaan lulusan dan kemitraan dengan dunia kerja.
Pendidikan vokasi menjadi solusi peningkatan APK melalui konsep link and match sebagaimana telah dicanangkan pemerintah melalui Kemendikbudristek. Konsep tersebut mengusung keselarasan antara dunia pendidikan dan kebutuhan dunia kerja.
Guna menciptakan keselarasan, pendidikan vokasi mengedepankan project-based learning. Artinya, kurikulum dirancang dengan mengutamakan praktik atau riset terapan berdasar problematika dan studi kasus yang dihadapi langsung di lapangan.
Model pembelajaran semacam itu pada akhirnya dapat mencetak SDM yang tidak hanya berkemampuan secara kognitif, tetapi juga terampil dalam menguasai bidang keilmuan yang dipelajari. Implikasi dari model pembelajaran itu dapat memungkinkan lulusan perguruan tinggi lebih cepat diserap pasar kerja.
Tingginya angka serapan lulusan perguruan tinggi yang masuk di dunia kerja dapat berdampak positif untuk meningkatkan trust calon mahasiswa untuk menempuh pendidikan tinggi. Dengan begitu, angka partisipasi kasar perguruan tinggi dapat meningkat secara perlahan.
Ringkasnya, penerapan pendidikan vokasi di perguruan tinggi memiliki double effect terhadap SDM di dalam negeri. (*)
*) Dekan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: