Menanti Hasil Pilpres Turkiye dan 20 Tahun Perjalanan Erdogan

 Menanti Hasil Pilpres Turkiye dan 20 Tahun Perjalanan Erdogan

Kemal Kılıçdaroğlu dan Erdogan--

HARIAN DISWAY - Kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan kokoh dalam dua dekade terakhir.  Erdogan terus memperkuat cengkeramannya dengan maju lagi di Pilpres Turkiye yang digelar 14 Mei 2023.

Sebagai petahana, presiden berusia 69 tahun itu akan bersaing dengan Kemal Kilicdaroglu, pemimpin Partai Rakyat Republik (CHP) yang merupakan partai oposisi. Sayangnya, perjalanan Erdogan untuk mempertahankan kekuasaan selama lima tahun ke depan mulai menghadapi banyak rintangan.

Erdogan mulai ditinggalkan pendukungnya akibat krisis ekonomi hingga penanganan gempa bumi yang dianggap lambat, Februari lalu. Inflasi sempat mencapai 85,51 persen pada Oktober 2022. 

Hasil Pemilu pada hari Minggu, 14 Mei 2023, yang dilaporkan oleh kantor berita milik negara, Anadolu, menunjukkan bahwa Erdogan memimpin dengan 49,86 persen suara, sedangkan Kilicdaroglu memperoleh 44,38 persen suara dari 95 persen kotak suara yang telah dihitung.

Namun, oposisi mengklaim bahwa berita itu tidak valid. Karangan pemerintah. Kilicdaroglu mengklaim unggul dengan 47,42 persen suara, sementara Erdogan mendapatkan 46,48 persen suara.


Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan dalam KTT G20 Bali, Indonesia 15-16 November 2022.-@rterdogan-Instagram

Perjalanan Erdogan

Erdogan memulai karir politiknya dari bawah. Laporan Al Jazeera mencatat bahwa pada tahun 1970-an, ia terlibat dalam politik di distrik Beyoglu di Istanbul, tempat rumah masa kecilnya berada di lingkungan pekerja di Kasimpasa.

Peran politik pertamanya muncul pada tahun 1976 sebagai kepala cabang pemuda Beyoglu dari Partai Keselamatan Nasional yang dipimpin oleh Necmettin Erbakan, yang dianggap sebagai mentor Erdogan dan menjadi calon perdana menteri yang dihormati secara luas.

Selanjutnya, pada tahun 1994, Erdogan naik pangkat menjadi Wali Kota Istanbul. Selama masa jabatannya, ia menghadapi berbagai masalah yang dihadapi oleh penduduk kota yang berkembang pesat, seperti polusi udara, pengumpulan sampah, dan kekurangan air bersih.

Empat tahun kemudian, ia mendapat sorotan pengadilan karena membacakan puisi yang kontroversial. Hal ini menyebabkan vonis hukuman penjara selama empat bulan karena dituduh menghasut diskriminasi agama.

Setelah keluar dari penjara pada Juli 1999, Erdogan membentuk Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AK) pada 2001. Dalam 15 bulan, mereka berhasil memenangkan pemilihan pada tahun 2002 di tengah krisis keuangan yang terjadi. 

Sejak awal, Erdogan dianggap sebagai seorang reformis yang membangkitkan semangat, dengan dukungan dari kelas pekerja dan terutama Muslim yang taat, yang sebelumnya diabaikan oleh pemerintahan sekuler dan militer.

Ia telah melakukan perbaikan dalam perumahan dan pelayanan pemerintah bagi banyak orang. Dominasi dalam pemilu membuatnya di pucuk kepemimpinan Turkiye selama dua dekade terakhir. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: al jazeera