Sejarah Coldplay, Berawal Dari Ospek University College London
VOKALIS COLDPLAY, Chris Martin, tampil dalam konser Music of the Spheres di Rio de Janeiro, Brazil, 19 Maret 2023.-Twitter Coldplay-
JAKARTA, HARIAN DISWAY - Demam Coldplay merebak di seluruh penjuru Nusantara. Salah satu band terbaik selama dua dekade terakhir itu akhirnya menggelar konser di Indonesia 15 November 2023 nanti di GBK, Jakarta.
Band rock alternatif yang ikonik itu berhasil "menyihir" pendengar musik di seluruh dunia lewat lagu-lagu yang menggetarkan hati dan aksi panggung yang memukau. Coldplay telah memenangkan jutaan hati penggemar di seluruh dunia. Mari kita mengungkap sejarah yang megah di balik band yang tak tergantikan itu.
Perjalanan Coldplay dimulai pada tahun 1996 di London, Inggris, ketika Chris Martin dan Jonny Buckland bertemu di University College London. Mereka berkenalan saat masa orientasi mahasiswa alias ospek.
Mereka mulai bermain musik bersama dan dengan cepat merekrut Guy Berryman dan Will Champion untuk bergabung. Dalam waktu singkat, mereka membentuk band yang dikenal sebagai Starfish, sebelum akhirnya mengubah namanya menjadi Coldplay pada tahun 1998.
BACA JUGA:Perkuat Rumor Pacaran, Jennie Black Pink dan V BTS Gandengan Tangan di Paris
BACA JUGA:Momentum Kocak Rizky Ridho Minta Tiket Coldplay kepada Jokowi: Ini Lagunya Siapa?
Pada tahun 2000, Coldplay merilis album debut mereka yang fenomenal, Parachutes. Album itu sukses besar secara komersial dan mendapat sambutan positif dari kritikus musik. Lagu-lagu seperti Yellow dan Trouble memperkenalkan suara khas Coldplay yang penuh emosi, melodi yang menghanyutkan, dan lirik yang mendalam. Kesuksesan album ini membuka pintu menuju panggung internasional bagi Coldplay.
Tiket Konser Coldplay Seharga Rp 11 Juta Ludes Terjual---BCA Presale
Namun, keberhasilan sejati Coldplay datang dengan album kedua mereka, A Rush of Blood to the Head yang dirilis pada tahun 2002. Album ini dianggap sebagai karya terbaik mereka oleh banyak penggemar dan kritikus. Lagu-lagu seperti Clocks, The Scientist, dan In My Place memperkuat posisi Coldplay di puncak tangga lagu dan memenangkan penghargaan bergengsi seperti Grammy Awards.
Setelah itu, Coldplay terus mengukir prestasi dengan album-album berikutnya. Mereka menelurkan lagu-lagu hits seperti Speed of Sound, Viva la Vida, Paradise, dan Fix You. Eksperimen musikal mereka yang inovatif, termasuk penggabungan unsur-unsur elektronik dan orkestra, memberikan dimensi baru pada suara mereka dan membuat mereka terus menjadi pusat perhatian dalam industri musik.
Prestasi Coldplay juga terlihat dalam penampilan panggung mereka yang spektakuler. Mereka dikenal dengan konser-konser yang penuh energi dan visual yang menakjubkan. Penampilan mereka dalam acara-acara besar seperti Super Bowl Halftime Show dan Glastonbury Festival telah meninggalkan kesan yang tak terlupakan pada penonton di seluruh dunia.
Tidak hanya sukses secara komersial, Coldplay juga dikenal karena dedikasinya dalam menyuarakan isu-isu sosial dan lingkungan. Mereka aktif dalam berbagai kampanye amal dan sering kali menggunakan platform mereka untuk mengadvokasi perubahan positif di dunia.
Dua puluh tahun sejak awal perjalanan mereka, Coldplay tetap menjadi kekuatan dominan dalam dunia musik. Mereka telah menjual jutaan album, memenangkan berbagai penghargaan, dan menciptakan lagu-lagu yang menginspirasi banyak orang.
Seiring dengan kiprah mereka yang tak tergantikan, kita tidak sabar untuk melihat apa yang akan mereka persembahkan selanjutnya dalam perjalanan mereka yang spektakuler. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: