Serunya Wisata ke Jatim Park 3: Belajar jadi Paleontolog (1)

Serunya Wisata ke Jatim Park 3: Belajar jadi Paleontolog (1)

Di ruang Dino Class anak-anak dapat belajar tentang berbagai jenis dinosaurus hingga seluk-beluk fosil dari keterangan yang harus dibuka penutupnya dulu. -Guruh Dimas Nugraha-

HARIAN DISWAY - Di Jawa Timur Park 3, pengunjung tak sekadar berwisata dan bersenang-senang. Melainkan mereka juga teredukasi. Mulai dari mengenal nama-nama dinosaurus hingga mengetahui periodisasi zaman di bumi. Mulai dari Mesozoikum hingga zaman es.
 
Janardhana Dipa Gantari tahu banyak hal tentang dinosaurus. Melebihi saya. Mulai dari jenisnya, karakter bentuknya serta senjata yang digunakan. Maka jauh-jauh hari, ketika tahu di sebuah tempat wisata di Batu terdapat wahana dinosaurus, anak saya itu sudah merajuk minta ke sana.
 
Tentu saya tak bisa buat janji jika masih hari biasa. Selain pekerjaan, ada banyak hal yang tak memungkinkan kami untuk pergi bersama. Kecuali, bila ia dan saya sama-sama libur. Libur sekolah dan libur kerja. Dan waktu yang dinanti-nanti itu akhirnya tiba. Yakni tepat pada hari pertama Idulfitri.
 
Siang itu saya menjemput ia di rumah neneknya. Setelah bersalam-salaman dengan tetangga kanan-kiri, kami berangkat ke Batu. Menuju Jatim Park 3, tempat "sarang" dinosaurus itu. Dalam perjalanan, anak saya tak henti-hentinya berbicara tentang hewan purba itu. Menjabarkan tiap detail bentuk beserta jenis makanannya.
 
"Tyrannosaurus itu makan daging. Brachiosaurus itu makan tumbuhan. Kalau dinosaurus yang ada di Argentina itu makan semuanya. Daging doyan, sayur juga doyan," katanya lugu. Dulu kami memang pernah browsing di internet soal dinosaurus omnivora. Fosilnya ditemukan di Argentina tapi hingga kini belum diberi nama. Soal itu anak saya masih ingat betul.
 
Sepanjang perjalanan dari Surabaya ke Batu, kami habiskan dengan bercengkerama soal dinosaurus. Waktu tempuhnya sekitar satu setengah jam. Lebih cepat dari biasanya, karena hari libur lebaran. Saat ketika orang-orang sedang sibuk berkunjung, kami malah nglencer. Jalanan relatif sepi dan lancar.
 
Seperti lazimnya, jalan di Batu tak terlalu lebar. Jika sedang macet, maka bisa tua di jalan, atau istilah anak zaman sekarang: lalu lintas yang merenggut masa muda. Sampai di Jalan Ir Soekarno, Beji, patung dinosaurus raksasa sudah menyambut di depan. Gerbangnya pun berhias kepala T-Rex.
 
Meski jalanan sepi, tapi suasana tempat wisata Jatim Park 3 cukup ramai. Petugas sampai menyuruh kendaraan kami untuk parkir di tempat paling belakang. "Lewatnya pintu masuk ketiga ya Pak," katanya. Deretan mobil terparkir rapi. Setiap barisan terdapat dua-tiga pengatur, karyawan setempat.
 
Tak lewat pintu utama karena jaraknya terlalu jauh. Pintu ketiga ada di ujung timur, dekat parkiran mobil indoor. Naik tangga ke atas hingga sampai ke lantai dua bagian dalam Jatim Park 3. Kami melewati beberapa wahana yang jika ingin masuk wajib beli tiket di tiap ruang, atau dengan tiket terusan yang dapat dibeli di loket utama, dekat Museum Musik Dunia.
 
Harga tiket terusan paling mahal adalah 70 ribu rupiah. Bisa lebih murah, menggunakan aplikasi penyedia tiket online. Tapi saran saya tidak perlu pesan tiket online, karena bedanya hanya lebih murah 2 ribu rupiah.
 
Pesan dua tiket, totalnya 140 ribu. Seorang karyawan memasang gelang tiket di tangan kami, lantas kami turun ke lantai dasar menggunakan eskalator. Di depan pintu masuk Dino Park atau Taman Dinosaurus, terdapat ruang terbuka dengan patung T-Rex di tengah-tengah kolam. 
 
Banyak pengunjung bercengkerama di situ sembari menikmati makanan dan minuman yang dapat dipesan di outlet-outlet sekitar. Antrean cukup panjang untuk memasuki wahana Dino Park. Memang wahana tersebut cukup favorit. 
 
Setelah masuk, terdapat robot-robot dinosaurus yang mampu melakukan gerakan sederhana. Seperti mengangguk, menggeleng serta membuka mulut. Di tiap robot terdapat papan kecil keterangan tentang dinosaurus-dinosaurus itu. Misalnya, giganotosaurus, sebagai karnivora terbesar yang fosilnya ditemukan di Argentina.
 
Ada pula keterangan tentang jenis-jenis dinosaurus berdasarkan makanannya, yang terpampang besar di dinding ruang pertama itu. Seperti herbivora, karnivora dan omnivora. Anak saya jadi mengingat kembali pelajaran biologi di sekolahnya. Lantas memetakan dinosaurus-dinosaurus itu ke dalam masing-masing jenis makanannya.
 
Di ruang kedua, seperti laboratorium raksasa. Terdapat replika fosil yang besar dan menjulang tinggi. Anak saya bertanya, "Ini fosil beneran, Pa?". Saya jawab "ya", meski saya tahu itu replika. Saya hanya tak ingin merusak harapannya saja. 
 
Janardhana terperangah di depan fosil stegosaurus yang besar. Di punggungnya terdapat tulang-tulang berujung runcing, berbentuk trapesium yang menyembul rapi dari atas hingga ekornya. Lantas di sisi kiri terdapat fosil mammoth atau gajah purba yang hidup di zaman es.
 
Di sebuah sudut terdapat ruang "Dino Class" atau kelas dino. Di situ anak-anak dapat belajar tentang berbagai jenis dinosaurus hingga seluk-beluk fosil. Terdapat keterangan yang ada di meja panjang, dan untuk mencari tahu, harus membuka penutupnya dulu.
 
Seperti anak saya yang ingin tahu tentang fosil, maka ia membuka sebuah penutup dan menemukan keterangan: fosil terbentuk di dalam tanah, lebih dari ribuan tahun. Mineral dan tanah penahan membuat celah menuju ke tulang dan mengubahnya menjadi batu.
 
Ia mengangguk. Paleontolog kecil saya rupanya jadi banyak tahu. (Guruh Dimas Nugraha)
 
Indeks: Scanning telur dinosaurus, baca besok...

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: