Pemkot Bontang Belajar Revolusi Mental di Jatim untuk Tingkatkan Kualitas SDM ASN
Khofifah (kanan) bersama Basri Rase (kiri) saat menghadiri pembukaan mengaktualisasi pelatihan revolusi mental, di kantor BPSDM Jatim, Senin, 29 Mei 2023. -Humas Pemprov Jatim-
SURABAYA, HARIAN DISWAY- Pemprov Jatim mendapat kunjungan dari pemerintah Kota Bontang, Kalimantan Timur. Wali Kota Bontang Basri Rase yang memimpin rombongan itu ke Bumi Mojopahit. Rombongan itu terdiri dari beberapa kepala dinas dan camat di Kota Taman, julukan Bontang.
Di Jatim, mereka akan mengaktualisasi pelatihan revolusi mental bagi pejabat pimpinan tinggi pratama dan jabatan administrasi. Selama tiga hari mereka akan mendapatkan materi di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Jatim.
Basri Rase mengatakan, BPSDM Jatim telah memiliki banyak prestasi. Terlebih saat di masa kepemimpinan Khofifah Indar Parawansa. Itulah alasan Pemkot Bontang memilih Jatim menjadi tempat mereka menimbah ilmu untuk meningkatkan kualitas SDM ASN Bontang.
BACA JUGA: ASN Mulai Pindah Ke Rusun IKN Tahun 2024, Pemerintah Sediakan 2 Ribu Unit Rusun
Aktualisasi pelatihan revolusi mental ini diikuti oleh 50 orang ASN Pemkot Bontang. Terdiri dari 32 orang yang menduduki jabatan pimpinan tinggi (JPT) dan 18 lurah dan camat di kota tersebut.
"Ibu sungguh luar biasa. Begitu banyak penghargaan dari berbagai inovasi yang dilakukan. Penghargaan tingkat Indonesia maupun dari luar negeri. Ini juga menjadi keinginan bersama dan semangat bagi pemerintah Bontang untuk terus berbenah. Apalagi Kota Bontang juga salah satu daerah penyangga ibu kota negara (IKN)," Kata Basri Rase, Senin, 29 Mei 2023.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa pun mendorong pejabat tinggi pertama dan pejabat administrasi di Pemkot Bontang untuk menjadi enable leader di kota tersebut. Karena, itu menjadi bekal di masa depan yang penuh dengan dinamika.
"Ini bahasa yang sangat sering saya sampaikan. Yaitu jadilah pemimpin pemungkin. Jangan apa-apa bilang enggak mungkin. Apa-apa bilang nggak mungkin," ucap Khofifah.
Kegiatan itu, dimaknai sebagai upaya penerapan nilai-nilai revolusi mental dalam kehidupan nyata. Untuk mengubah perilaku pribadi dan kepemimpinan menjadi lebih baik. Artinya mampu menjadi bagian dari solusi bukan menjadi bagian dari persoalan. "Jadi pada dasarnya hukum dasarnya adalah possible bukan impossible," ucapnyi.
Bekal dalam membangun semangat setiap pemimpin enabler leader adalah prasangka baik. Baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Juga pemimpin harus mampu melihat berbagai kemungkinan sekecil apapun. Lalu, memaksimalkan kemungkinan itu.
Seorang pemimpin pun menurut mantan menteri sosial RI itu, harus bisa mengidentifikasi potensi dan kelemahan diri. Itu menjadi salah satu hal terpenting.
"Memang ini kita underline bersama, bahwa kekuatan rantai bukan ditentukan oleh mata rantai terkuat. Tetapi dari mata rantai yang terlemah. Jadi hasil identifikasi yang lemah ini kita kuatkan," tegasnyi. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: