Surabaya Gagal Jadi Kota Smart City Versi IMD World Competitiveness
Ilustrasi Surabaya gagal jadi smart city. --
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Ada kado yang kurang sedap di Hari Jadi Kota SURABAYA ke-730. Kota Pahlawan yang telah lama digadang sebagai Smart City alias Kota Pintar justru tak lolos kurasi The Smart City Observatory dari IMD World Competitiveness.
Dari Smart City Index (SCI) 2023 yang dirilis itu, Kota Surabaya tak masuk 141 kota pintar dari seluruh dunia. Di Indonesia, Surabaya kalah dengan tiga kota. Yakni DKI Jakarta, Makassar, dan Medan.
Tentu saja hasil survei itu cukup mengejutkan. Apalagi, Kota Surabaya telah didapuk oleh Kementerian Dalam Negeri sebagai salah satu Kota Pintar. Hanya bersama puluhan kota lain.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi tak mempermasalahkan hasil survei tersebut. Ia cukup percaya diri bahwa Kota Surabaya tetap menjadi Kota Pintar. Tentu mengacu pada enam indikator yang sudah ditentukan.
Terutama indikator Smart Governance yang bahkan menjadi andalan. Kota Surabaya menerima sejumlah penghargaan dalam beberapa tahun belakangan. Termasuk Eri sendiri yang menciptakan inovasi digitalisasi layanan publik dan telah diadopsi di banyak kota lain.
"Kementerian Kominfo juga sudah menilai bahwa Surabaya ini Smart City. Tapi ketika ada dari pihak luar negeri yang menilai kan kita tidak tahu, yang disurvei yang mana, yang mengarahkan ke daerah mana juga kita tidak tahu. Jadi kan tergantung," ujar Eri dalam keterangan resminya.
Digitalisasi sudah diadopsi ke berbagai sektor pelayanan publik. Mulai dari sektor finansial, monitoring, pendidikan, perkantoran, perizinan, kesehatan, hingga media center. Semua platform itu sudah bisa diakses di telepon pintar. Termasuk platform "Surabaya Tanggap Covid-19" selama masa pandemi lalu yang sudah diunggah lebih dari 10 ribu orang.
"Semua infrastruktur pada enam indikator itu memang sudah dibangun oleh Pemkot Surabaya," jelas Pakar Tata Kota Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Putu Rudy Setiawan, Selasa, 30 Mei 2023. Juga sudah diakui oleh Kemendagri bahwa sistemnya sangat maju. Kota Surabaya unggul dari sisi ketersediaan smart sistem.
Begitu pula indikator Smart Mobility. Sektor transportasi sudah ada lompatan. Didukung oleh operasional Suroboyo Bus, Trans Semanggi Suroboyo, maupun yang belum lama ini mengaspal: feeder Wirawiri.
Yang paling signifikan tentu indikator Smart Economy. Perputaran ekonominya selalu terbesar di Jawa Timur. Terutama buktinya berhasil pulih dengan cepat dari keterpurukan selama pandemi Covid-19.
"Lalu kenapa tidak lolos survei IMD? Ini karena survei tersebut melihat dari dimensi lain," ujar Putu. Yaitu sisi para pengguna atau konsumen semua platform itu. Bahwa infrastruktur digital di Kota Surabaya sudah lebih maju. Tetapi, literasi masyarakat terhadap platform masih rendah.
Misalnya, penggunaan berbagai aplikasi layanan publik. Hanya tersebar di pusat. Belum merata ke seluruh wilayah. Terutama di daerah pinggir kota yang sangat sedikit mendapat literasi platform pemerintah.
"Padahal infrastrukturnya sudah tersedia di seluruh kecamatan," jelas Putu. Begitu pula sektor transportasi yang okupansinya terhitung rendah. Karena itulah, Putu berharap agar pemkot bisa memberi literasi digital lebih meluas lagi. (Mohamad Nur Khotib)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: