Krismu, Krisnu, dan Krislam
Ilustrasi krismuha dan krisnu--
Syafi’i Ma’arif (1935–2022) juga menjadi poros utama pemikiran liberal Islam di kalangan anak-anak muda Muhammadiyah yang progresif. Saat Syafi’i Ma’arif menjadi ketua umum PP Muhammadiyah pada 1998–2005, kebebasan berpikir, berpendapat, dan kritik dari warga Muhammadiyah, khususnya anak-anak muda, diberi ruang seluas-luasnya. Maka, muncul gerakan anak muda yang melakukan kajian-kajian intensif yang mengkritik pemikiran Muhammadiyah yang dianggap jumud.
Salah satunya adalah Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM). Anak-anak muda itu muncul dengan tiga pilar gerakan utama di bidang hermeneutika, ilmu sosial, dan new social movement.
JIMM menempatkan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam kritis, yang responsif terhadap persoalan Islam kontemporer, terutama soal inklusivitas dan pluralisme. Poros anak-anak muda liberal itu cenderung lebih akomodatif terhadap eksistensi agama lain, terutama Kristen. Banyak yang gerah oleh gerakan JIMM itu. Muncul sindiran dengan menyebut jaringan tersebut sebagai ”Krismu” alias Kristen-Muhammadiyah.
Di lingkungan NU juga muncul varian liberal yang dikenal sebagai ”Krisnu” atau Kristen-NU. Poros gerakan itu bertumpu pada pemikiran KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang dikenal sebagai kampiun pemikiran liberal Islam.
Gagasan pribumisasi Islam oleh Gus Dur merupakan hasil dari pemikiran liberal yang muncul dalam NU. Salah satu gagasan kontroversial Gus Dur adalah mengubah salam Islam ”assalamualaikum” menjadi salam pribumi seperti ”selamat pagi” atau ”selamat siang”. Praktik lain yang dianggap kontroversial adalah keterlibatan Banser NU sebagai penjaga keamanan gereja dalam ibadah Natal.
Sama dengan di Muhammadiyah, pemikiran liberal di NU menimbulkan friksi internal. Ulama karismatik NU KH As’ad Samsul Arifin menolak pemikiran liberal Gus Dur dan menyatakan ”mufaraqah” alias berpisah dari kepemimpinan Gus Dur karena menganggap Gus Dur tidak sah sebagai imam salat.
Varian Krismu dan Krisnu itu kemudian disebut sebagai ”Krislam” alias Kristen-Islam. Sebutan tersebut sebenarnya bernuansa joke, tapi juga ada nuansa peyoratif yang agak merendahkan. Orang-orang liberal Islam itu dianggap beragama secara longgar dan tidak berpegang pada tauhid. Karena itu, mereka disebut Krislam. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: