Silvio Berlusconi, Presiden AC Milan yang Suara Helikopternya Bikin Pemain Mengibaskan Ekor Kegirangan

Silvio Berlusconi, Presiden AC Milan yang Suara Helikopternya Bikin Pemain Mengibaskan Ekor Kegirangan

SILVIO BERLUSCONI (tengah) dikelilingi pemain AC Milan ketika memenangkan trofi Liga Champions 2007 di Olympic Stadium, Athena, 23 Mei 2007. Ia dikenal sangat dekat dengan pemain. -Orestis Panagiotou-EFE/EPA-

Setiap pemimpin memiliki gaya sendiri-sendiri. Termasuk Silvio Berlusconi, mantan Presiden AC Milan yang meninggal akibat leukemia kemarin, 12 Juni 2023. Selama 26 tahun memimpin Milan (1986-2012), ia memilih gaya kebapakan. Pemain merasakan sentuhannya yang tegas, berwibawa, namun hangat dan penuh sayang. Inilah Berlusconi di mata Andrea Pirlo, seperti dituturkan dalam buku Penso Quindi Gioco.

Oleh:
Retna Christa
wartawan Harian Disway

ANDREA PIRLO masih ingat betul kejadian di siang yang hangat pada Agustus 2009. Silvio Berlusconi memanggil dirinya. Di aula Milanello, markas AC Milan itu, hanya ada mereka berdua. Ditambah Wakil Presiden Adriano Galliani, tangan kanan Berlusconi.

’’Andrea, kami sudah mengontrak Huntellaar. Jadi kau harus tetap di sini,’’ kata Berlusconi. Ia menunjukkan kertas berisi informasi dan statistik tentang pemuda berambut pirang. Klaas Jan Huntelaar, penyerang Real Madrid. Yang baru dibeli Milan.

Pirlo bimbang. Saat itu, ia sudah mencapai kesepakatan pribadi dengan Chelsea. Ia akan pindah ke klub London tersebut. Mengikuti Carlo Ancelotti, pelatih yang sudah seperti ayah baginya. Memang Chelsea belum deal dengan Milan soal nilai transfer. Tapi, Pirlo sudah benar-benar kepingin pindah. Bahkan, kopernya sudah siap dikirim ke London.

Berlusconi meyakinkan Pirlo untuk tinggal di Milan.

’’Dengar, Andrea. Kau tidak bisa pergi begitu saja, tahu! Kau itu simbol Milan, sosok teladan bagi tim. Dan kami sudah menjual Kaka. Tidak mungkin kau ikut pergi juga. Ini bakal jadi musibah. Bagi citra tim dan sebagainya. Kami tidak bisa membiarkan semua orang pergi,’’ Berlusconi merepet.

’’Pak Presiden, saya tidak keberatan membicarakan peran saya sebagai sosok teladan bagi tim,’’ Pirlo menjawab dengan nada datar. ’’Tapi kontrak saya di sini sudah hampir habis, dan mereka (Chelsea, Red) menawarkan kontrak empat tahun,’’ lanjut Pirlo. Saat itu, ia berumur 30 tahun. Di usianya, mendapat kepastian bermain selama empat musim lagi sangatlah berharga.


ANDREA PIRLO (kiri) dan Silvio Berlusconi dalam sebuah kesempatan pada 2009. -Gazzetta Sport-

Berlusconi menyergah dengan tidak sabar. ’’Apa masalahnya, Andrea? Kau bisa urus masalah itu dengan Galliani, ya kan? Anggap saja begitu.’’

’’Anda yakin?’’

’’Seratus persen.’’

Hanya beberapa menit setelah mengucapkan itu, Berlusconi melesat keluar ruangan untuk mengumumkan ke media. ’’Andrea Pirlo tidak dijual. Pirlo tetap di Milan dan akan mengakhiri kariernya di Milan.’’

Semua orang tahu. Hanya dua tahun setelah obrolan intim itu, Pirlo pindah ke Juventus. Lumayan lama ia merumput di sana. Empat tahun. Setelah itu, pada 2015, ia pindah ke MLS, liga sepak bola AS. Bermain untuk New York City FC. Di kota itulah Pirlo mengakhiri kariernya pada usia 38 tahun.

Pirlo menyebut, itu semua ulah Berlusconi. Ia memang pria teatrikal yang akan berakting sedemikian rupa untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Dan sialnya, ia tahu betul apa yang ia inginkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: