Silvio Berlusconi, Presiden AC Milan yang Suara Helikopternya Bikin Pemain Mengibaskan Ekor Kegirangan

Silvio Berlusconi, Presiden AC Milan yang Suara Helikopternya Bikin Pemain Mengibaskan Ekor Kegirangan

SILVIO BERLUSCONI (tengah) dikelilingi pemain AC Milan ketika memenangkan trofi Liga Champions 2007 di Olympic Stadium, Athena, 23 Mei 2007. Ia dikenal sangat dekat dengan pemain. -Orestis Panagiotou-EFE/EPA-

Hal itu jugalah—menurut Pirlo—yang membuat Berlusconi menjadi presiden yang keren banget. Yang dekat dengan pemain, pelatih, manajemen. Dan yang paling penting, punya visi yang jelas. Selama kepemimpinannya, AC Milan mengalami masa-masa paling indah. Dengan koleksi trofi paling banyak.

Itu semua berkat cintanya pada sepak bola. Cinta yang murni dan indah. Sebagai pengusaha yang merangkap politisi, ia sering bilang. Politik itu duniawi. Sedangkan sepak bola itu sakral. Menang saja tidak cukup baginya. Permainan pun harus cantik.

Berlusconi terjun ke politik mulai 1994. Selama jadi presiden Milan, tiga kali ia menjabat Perdana Menteri Italia. Yakni pada 1994-1995, 2001-2006, dan 2008-2011.

Setiap kali ia sibuk mengurus politik, Berlusconi bisa mengabaikan Milan selama berbulan-bulan. Bahkan sampai setahun penuh. Ia jarang menengok anak-anaknya berlatih. Hanya datang ke San Siro untuk menonton pertandingan penting. Misalnya derby Milan. Juga kalau Juventus atau Barcelona berkunjung.

’’Para pemain akan merasakan ketidakhadirannya, tapi itu semua terlupakan ketika Berlusconi mampir barang sejenak,’’ tulis Pirlo.

Dan ketika saat itu tiba, ketika Berlusconi menginjakkan kaki di tempat latihan, pemain akan merasakan kelegaan luar biasa. Ada sesuatu yang hangat dan menenangkan dari sosoknya. Yang sulit dimengerti. Apalagi dijelaskan.

’’Setiap kali kami mendengar gemuruh helikopter di Milanello, perasaan positif tertanam dalam diri kami. Kami seperti anjing-anjing telantar yang dengan kesal mengayunkan ekor ketika majikan kami kembali,’’ tutur Pirlo.

Di Milanello, apakah ia akan berbicara dengan pelatih dan manajemen saja? Tentu tidak. Pemainlah yang ia ajak ngobrol. Semuanya. Ia memanggil mereka satu per satu ke dalam ruangan kecil di dekat lapangan latihan. Saat itu, para pemain akan antre menunggu giliran. Dan ketika nama mereka dipanggil, si pemain—seperti kata Pirlo—berlompatan seperti per. Girang betul.

Sang presiden menyukai obrolan empat mata. Pemain bisa curhat apa saja. Ia akan dengan sabar mendengarkan. Ia biasanya menghabiskan waktu paling lama dengan Filippo Inzaghi—pemain kesayangannya. Kata Pirlo, Berlusconi bahkan sering menelepon pemain yang disebut-sebut terlahir dalam posisi offside tersebut.

’’Sebaliknya, Berlusconi tidak pernah menelepon saya. Saya dulu mencoblos Berlusconi, meski ia tidak pernah meminta kami secara langsung,’’ ungkap Pirlo jenaka.  

Berlusconi juga punya sifat-sifat tipikal ’’orang tua’’. Ia senang bercerita. Demen nuturi. Ia paling suka menjelaskan kenapa rencananya akan menjadikan Italia hebat. Ia membandingkan kesuksesan tim dengan kejayaan perusahaan-perusahaannya.

Pirlo sering mendengar Berlusconi bercerita tentang rencananya menciptakan lapangan kerja bagi jutaan warga Italia. ’’Kecuali satu: lapangan pekerjaan untuk saya,’’ tulis Pirlo. Lagi-lagi dengan nada satire jenaka. 

Kalau Berlusconi sedang bercerita, dan ia mendapati lawan bicaranya tertarik, ia akan terus membahas detailnya. Kadang-kadang, di tengah asyiknya membahas sesuatu, ia melihat dengan ekor matanya Carlo Ancelotti lewat. Berlusconi langsung berhenti berbicara, lalu menoleh ke Ancelotti. ’’Carlo, Nak, ingat ya. Aku ingin melihat tim bermain dengan dua penyerang.’’

Se-random itu…

’’Satu hal lagi, Carlo. Kita harus menguasai lapangan dan menguasai pertandingan. Di Italia, di Eropa, di seluruh dunia.’’

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: