Kami Kehilangan Pak Agung Sosiawan

Kami Kehilangan Pak Agung Sosiawan

DEKAN FISIP Unair Bagong Suyanto (kiri) bersama Dekan FKG Unair Agung Sosiawan (tengah) dalam pengukuhan guru besar Agung pada 10 Mei 2023. -Humas Unair-

Di mata Pak Agung, bibir sumbing atau celah bibir bukan sekadar kelainan fisik pada wajah, khususnya daerah mulut. Melainkan, hal tersebut juga berhubungan dengan stigma masyarakat yang cenderung memperlakukan penderita sebagai kelompok the other. Penanganan bibir sumbing berkaitan dengan persoalan estetika dan identitas sosial. 

Di berbagai komunitas, kisah keluarga yang tidak menerima anak atau buah hati dengan kelainan celah bibir dan palatum sering kita dengar. Bahkan, ada orang tua yang merasa malu sehingga tega membuang anaknya karena menganggap bibir sumbing adalah aib keluarga. 

Dalam pidatonya, Pak Agung menyatakan bahwa kelainan bibir sumbing –jika tidak ditangani– berpotensi membawa dampak yang besar dapat menjadi masalah yang serius. Bukan hanya masalah kesehatan, melainkan juga masalah psikososial. Masalah itu tidak hanya untuk bayi atau anak tersebut, tetapi juga orang tua dan lingkungannya. 

Hanya melalui penanganan yang tepat dan tidak hanya mengandalkan satu disiplin ilmu, upaya untuk membantu anak-anak yang menderita bibir sumbing dapat dilakukan. Penanganan bibir sumbing perlu pendekatan multidisiplin. Penanganan tindakan dan pengobatan terhadap penderita bibir sumbing tidak hanya perlu dilakukan secara kuratif, tetapi juga perlu tindakan pencegahan yang bersifat promotif di masyarakat. 

Penelitian yang dilakukan Pak Agung pada 2020 di kalangan masyarakat Madura menemukan bahwa orang tua dengan variasi genetik pada gen MTHFR yang berperan pada metabolisme folat  melahirkan keturunan dengan celah bibir  (Sosiawan et al., 2020). Penelitian itu mengindikasikan bahwa status gizi ibu juga dapat memengaruhi kesehatan janin, khususnya defisiensi asam folat. 

Asam folat dianggap berkontribusi pada patogenesis celah bibir dan atau palatum non-sindromik karena kemampuannya dalam mencegah neural tube defect (NTD). Itulah sumbangan pemikiran yang luar biasa dari Pak Agung sebagai ahli di bidang genetik forensik.

 

Humble

Sebelum dimakamkan di TPU Keputih, jenazah Pak Agung terlebih dulu disalati di Masjid Ulul Azmi, Kampus C Unair, pukul 07.00. Kemudian, diberikan penghormatan terakhir dan pelepasan jenazah oleh Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. Mohammad Nasih.

Upacara pelepasan jenazah Pak Agung dihadiri orang dari berbagai kalangan. Bukan hanya dosen dan tenaga kependidikan FKG dan sahabat dari Universitas Airlangga, para pelayat yang hadir berasal dari berbagai kalangan. 

Itu adalah bukti betapa Pak Agung adalah sosok yang dikenal memiliki jaringan yang luas dan relasi sosial yang hangat. Sebagai sosok yang religius dan humble, Pak Agung adalah bukti nyata betapa visi Universitas Airlangga, Excellent with Morality, benar-benar terepresentasi dalam kehidupan sehari-hari.

Saya pribadi dan para dekan di lingkungan Universitas Airlangga niscaya kehilangan karena kepergian Pak Agung yang tiba-tiba. Dalam rapat-rapat pimpinan, bisa dipastikan kini tidak lagi ditemui celetukan hangat, guyonan yang menyenangkan, dan percakapan yang gayeng karena Pak Agung tidak lagi bersama kami. Pertemanan saya yang relatif singkat dengan Pak Agung, hanya sekitar 2 tahun, telah menorehkan rasa simpati dan empati yang mendalam di hati.

Saya pribadi banyak belajar dari Pak Agung soal bagaimana kita sebagai manusia harus terus berbuat baik kepada sesama. Saya kehilangan. 

Kini tidak ada lagi kawan yang pada pukul 3 dini hari menelepon atau mengirim pesan mengajak salat Tahajud bersama. Selamat jalan, Pak Agung. Saya menangis karena kehilangan persahabatan, kehilangan sosok teladan yang sederhana dan hangat. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: