Indonesia Mulai Terdampak El Nino, Warga Harus Bersiap Kekeringan Lebih Parah
Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) A. Fachri Rajab pada acara Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang digelar secara hybrid bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika, Senin (31/7)--https://www.youtube.com/@FMB9ID_IKP
HARIAN DISWAY - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan, berdasarkan hasil monitoring hingga Juli 2023, 63 persen wilayah zona musim Indonesia telah memasuki musim kemarau. Itu dampak fenomena El Nino. Kemarau tahun ini pun diprediksi akan lebih panjang dari tiga tahun sebelumnya.
Pemantauan 10 hari terakhir pada Juli 2023, indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) menunjukkan nilai sebesar +1.14. Artinya, El Nino terus menguat intensitasnya sejak awal Juli. BMKG memprediksi puncak dampak El Nino akan terjadi pada Agustus-September 2023 mendatang.
"El Nino masih akan bertahan sampai akhir tahun. Tapi dampaknya makin berkurang seiring datangnya musim hujan. Sebab November sudah ada mulai hujan," ungkap Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Fachri Radjab, Senin, 31 Juli 2023.
BACA JUGA : Sejarah Penamaan EL Nino dan La Nina, Berkaitan Dengan Yesus Kristus
BACA JUGA : Waspada Kekeringan, Indonesia Dijepit El Nino dan Dipole Bersamaan
El Nino merupakan fenomena cuaca yang terjadi akibat peningkatan suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik. Suhu menjadi yang lebih hangat dari biasanya ini mengakibatkan pengurangan udara basah di wilayah sekitarnya yang akhirnya ikut menaikan suhu. "Artinya fenomena ini bersifat global. Dampaknya tidak hanya terjadi di Indonesia. Tapi, dampak yang paling kuat dirasakan di Indonesiaadalah berkurangnya curah hujan. Ketika kita di musim kemarau, ditambah El Nino, jadi makin kering wilayah kita. Itu dampaknya yang jelas terjadi," jelas Fachri.
Berdasarkan catatan BMKG, fenomena El Nino telah beberapa kali terjadi di Indonesia. Termasuk pada 2015 dengan intensitas kuat dan pada 2019 dengan intensitas lemah. Sedangkan hingga pertengahan Juli 2023, sebanyak 63 persen dari zona musim telah memasuki musim kemarau yang lebih kering dari normalnya. Juga lebih kering dari tiga tahun sebelumnya.
Beberapa daerah yang terdampak cukup kuat adalah sebagian besar wilayah Sumatera. Misalnya, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Bengkulu, Lampung. Juga seluruh Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara diprediksi memiliki curah hujan paling rendah. Plus berpotensi mengalami musim kering yang ekstrem. Kendati demikian, sebagian wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim hujan mulai Oktober 2023.
Ada yang akan mengalami curah hujan bulanan kategori rendah dan sebagian lainnya akan mengalami kondisi tanpa hujan sama sekali hingga Oktober nanti. "Jadi harus tetap waspada akan potensi terjadinya kekeringan," imbuhnya.
Suasana rapat terbatas untuk mengantisipasi dampak badai El Nino, Selasa, 18 Juli 2023.-Sekretariat Presiden RI-
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arif Prasetyo Adi menjawab terkait bentuk kesiapannya dalam menghadapi kondisi kemarau panjang terutama dalam ketahanan pangan komoditas utama. Melalui Perum Bulog, Indoneia telah memiliki stok beras sebanyak 800 ribu ton dan akan ditingkatkan mencapai 2,24 juta ton hingga akhir Desember 2023. Selain beras, komoditas lain seperti daging ayam, daging kerbau, dan daging sapi juga akan disimpan dalam ruang penyimpanan yang dilengkapi oleh pendingin.
Bapanas telah mengusahakan 700 ribu ton daging agar tersedia dengan baik. "Gerakan pangan murah dilakukan setiap saat. Nantinya juga akan dilakukan pemindahan stok pangan dari daerah surplus ke daerah defisit pangan," ujar Arif pada acara Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang digelar bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika, Senin, 31 Juli 2023.
Karena itu, BMKG mendorong pemerintah daerah, khususnya bagi daerah yang diprediksi terdampak serius untuk melakukan langkah mitigasi dan pencegahan secepat mungkin. Caranya yang dapat dilakukan adalah gerakan panen hujan, sosialisasi gerakan hemat air kepada masyarakat, dan menyiapkan tempat cadangan air untuk puncak kemarau. (Nela Erdianti)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: