Teroris Bekasi dari Jalur Internalisasi

Teroris Bekasi  dari Jalur Internalisasi

Ilustrasi: DE merupakan tersangka teroris yang diakui PT KAI sebagai karyawan yang suka berbaur--

Mengapa individu kagum? Karena sebagai pelarian dari problem psikologis individu itu sendiri. Problemnya beragam. Intinya, ia merasa kurang dihargai orang lain. Penyebab ia kurang dihargai sangat variatif. Bisa karena kelemahan internal diri. Bisa juga karena merasa terancam oleh orang atau pihak lain.

Individu jenis itu merasa, jika bergabung dengan kelompok, ia merasa bagian dari kelompok yang ia banggakan. Dengan begitu, ia merasa tidak bisa lagi direndahkan orang lain. 

Ia merasa sudah berubah jadi individu yang dihormati di dalam kelompok, disambut dengan kegembiraan. Sebaliknya, di luar kelompok, ia ditakuti karena kelompok itu memang menakutkan buat masyarakat di luar kelompok.

Dari kronologi dan data Dananjaya di atas, ia masuk golongan nomor dua (internalisasi). Ia bergabung dengan ISIS, dibaiat melalui medsos, bukan karena dipaksa. Sebab, ia kagum pada ISIS. Dengan begitu, ia merasa tidak bisa lagi diremehkan orang lain. Bahkan sebaliknya, ditakuti.

Terbukti, Dananjaya aktif berlatih menembak di Gunung Geulis. Punya senjata api buatan Rusia dan beberapa senjata api rakitan. Ia merasa sudah menjadi orang yang ”tidak boleh diremehkan” lagi.

Densus 88 sangat aktif memberantas terorisme, menangkap teroris. Karena itu, teroris yang menjadi teroris melalui teori nomor satu (kepatuhan) makin jarang. Sebab, akar penyebab terorisme, indoktrinasi, cuci otak, ajaran menyimpang, dipantau dengan ketat oleh Densus 88. Jika terpantau, langsung diberantas.

Sedangkan, jalur masuk teroris di teori nomor dua tidak bisa atau sangat sulit dipantau Densus 88. Sebab, itu atas inisiatif individu calon teroris sendiri. Seperti Dananjaya.

Dananjaya ditangkap karena terpantau menyebarkan ajakan jihad (dalam arti berperang atau membunuh orang yang dianggap musuh). Berarti, ia yang sudah sembilan tahun berbaiat ke ISIS merasa perlu mengajak orang berjihad. Ia sudah jadi pencetak calon teroris.

Maka, solusi mencegah orang jadi teroris di teori nomor dua tidak gampang. Sangat kompleks. Bagaimana caranya, supaya semua orang punya kepribadian kuat tanpa merasa diremehkan orang lain. Meskipun tanpa senjata api. Itu tugas pendidik. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: