Sumatera dan Kalimantan Waspadai Karhutla, BNPB Upayakan Mitigasi Bencana
Abdul Muhari saat memaparkan analisis perbandingan hotspot (titik lokasi) karhutla di Kalimantan Selatan di live streaming youtube BNPB Indonesia.--
JAKARTA, HARIAN DISWAY - Saat ini Indonesia masih berada di puncak musim kemarau.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengungkapkan bahwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pulau Jawa menjadi titik fokus permasalahan selama beberapa minggu terakhir ini.
Pulau Jawa sangat minim diguyur hujan sejak awal Juni. Selain itu, kekurangan air bersih mendominasi lebih dari 75 persen kabupaten/kota di Jawa dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda.
BACA JUGA:Kebakaran Tempat Pembuangan Sampah Masih Marak, TPA Putri Cempo Solo Masih Belum Padam
Dalam live streaming disaster briefing di kanal YouTube BNPB Indonesia pada Senin, 18 September 2023, Abdul Muhari menjelaskan bahwa saat ini pihaknya berfokus pada asap di daerah Sumatera dan Kalimantan. Yang merupakan lahan gambut.
“Kabupaten Ketapang di Provinsi Kalimantan Barat ada kawasan yang cukup besar terdampak karhutla dengan durasi selama 2 sampai 3 hari. Untungnya, ada hujan yang cukup tinggi di pertengahan minggu lalu,” ujarnya.
Menurut Abdul Muhari, angka karhutla yang tinggi tidak hanya disebabkan fenomena El Nino atau musim kemarau. Tetapi, ada 90 persen yang disebabkan faktor manusia. Baik disengaja maupun tidak.
“Selain itu, Kabupaten Seruyan dan Kota Waringin Timur menjadi perhatian di Provinsi Kalimatan Tengah. Di Kalimantan Selatan kondisinya agak dinamis meskipun yang paling tinggi. Yaitu, Kabupaten Banjar, Tapin, dan Hulu Sungai Selatan. Sementara di Sumatera Selatan sebenarnya masih cukup terkendali saat ini. Namun, kita punya dua bulan ke depan yang perlu diwaspadai,” tambahnya.
Terjadinya karhutla di musim kemarau saat ini tidak bisa ditekan hingga 0 persen. Hal itu sangat sulit dilakukan karena proses pengawasan daerah yang cukup luas.
Namun, bisa segera ditindaklanjuti dengan upaya pemadaman untuk meminimalkn durasi dan cakupan lahan supaya tidak meluas.
“Kita akan bandingkan daerah-daerah mana saja yang perlu diwaspadai setiap minggunya. Hal ini dapat menjadi gambaran bagi pemerintah lokal atau daerah agar bisa memahami potensi risiko karhutla di daerah masing-masing,” ujarnya.
Diharapkan, pemerinah daerah bisa mengoptimalkan satgas darat dan udara yang sudah didukung BNPB untuk melakukan tindakan secepatnya.
Jika ada percikan api, harus segera dipadamkan sebelum meluas ke daerah yang lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: