Mensyukuri Klasemen Jihad Santri Nusantara

Mensyukuri Klasemen Jihad Santri Nusantara

Ratusan santri berkumpul di lapangan Tugu Pahlawan Kota Surabaya pada Apel Hari Santri 2023. Peringatan Hari Santri Nasional mengenang fatwa resolusi jihad KH Hasyim Asy'ari dan PBNU pada 22 Oktober 1945 -Boy Slamet/Harian Disway-

Jihad fikiran, jihad batin, jihad fatwa, hingga jihad darah telah ditunaikan dengan tuntas dan mengagumkan oleh para Santri di tahun 45, dengan berbagai resiko dituduh mengada-ada, membuat-buat hukum baru, hingga “mengkompromi” akidah demi sebuah konsep yang datang dari “bukan dari Islam”. 

Namun berkat mereka, kini kita tinggal melangkah menuju jihad tahap selanjutnya. Yakni jihad untuk terus menguatkan perahu bernama Indonesia. Memakmurkan bumi dan melindungi manusianya, serta terus mempersiapkan, kalau-kalau nanti Indonesia butuh tampil ke panggung dunia untuk menjadi mercusuar perdamaian dan persatuan. 

BACA JUGA:Naskah Lengkap Resolusi Jihad, Fatwa KH Hasyim Asy'ari yang Kobarkan Perlawanan Rakyat dan Santri Melawan Penjajah

Berkat para Santri '45, Jihad kita kini sudah sampai pada jihad kubro, yakni memerangi nafsu angkara murka, baik yang terpancar dari individu-individu, atau yang diubal-ubal setiap harinya oleh sekelompok orang serakah.    

Kita patut bersyukur, melihat betapa banyak negeri-negeri muslim di dunia belum bisa sampai ke tingkatan ini. 

Para Ulama nya belum bisa sepakat, kelompok-kelompoknya masih belum bisa seiya-sekata, masih saling curiga, masih gamang, masih menimbang-nimbang konsep politik mana yang bisa menumbuhkan persatuan, tapi tidak berpotensi menimbulkan kemarahan Tuhan. 

Kita patut bersyukur, para Ulama, Bikkhu, Muni, Rishi, Pandhita dan para Kiai di Nusantara sudah melakukan leap of faith besar itu. Kita sudah melampauinya. Jauh saat Mpu Tantular menuliskan bahwa Jinatattwa (akidah Buda) dan Siwatattwa (akidah Siwa) pada dasarnya adalah sama. 

Kapan kebenaran Tuhan bisa dibagi-bagi? tulis Mpu Tantular dalam Kakawin Sutasoma. Meskipun (secara kasat mata) keduanya (Siwa dan Buda) adalah berbeda, namun keduanya nyatanya adalah satu. Karena kebenaran tidak pernah mendua.

BACA JUGA:Ketum PBNU: Sarung Bukan Hanya Milik Umat Islam, Namun Bukti Kesinambungan Peradaban Hindu, Buddha dan Islam.

Orang boleh saja tidak percaya pada konsep sebuah negara dan nasionalisme. Menuduhnya sebagai tipu daya para penjajah yang ingin mencegah bersatunya umat islam ke dalam sebuah daulah yang sentral. 

Tapi kenyataan tidak bisa dipungkiri, bahwa Indonesia kini menjadi kekuatan Muslim paling diperhitungkan dan dihormati oleh dunia. Semua karena fatwa-fatwa berani macam Hubbul Wathon Minal Iman. 

Jadi, mana yang lebih baik, jihad fisik melawan para penindas dengan mengangkat senjata? Atau Jihad para Santri nusantara menjaga bangunan bernama Indonesia ini?

Menurut saya tidak ada jihad yang lebih baik. Hanya ada Jihad yang efektif untuk menegakkan kalimat Allah. Negara yang kuat ibarat hutan yang lestari. Membesarkan muslim-muslim tangguh seperti macan. Sementara macan yang buas adalah penjaga kelestarian hutan yang paling baik. 

Santri 45 telah membuktikan hal tersebut. Tinggal Santri sekarang yang meneruskannya.

Selamat Hari Santri 2023,

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: