Mr D dalam Pameran Bermain dan Mempermainkan: Memproses Informasi Visual dengan Kodeisme

Mr D dalam Pameran Bermain dan Mempermainkan: Memproses Informasi Visual dengan Kodeisme

Mr D di antara dua karyanya yang menyuguhkan QR art Universitas Brawijaya Malang (kiri) dan QR Art Universitas Airlangga Surabaya. -Nadia Aliya/HARIAN DISWAY-

HARIAN DISWAY - Dalam pameran bersama perupa senior Asri Nugroho bertajuk Bermain dan Mempermainkan, Mr D masih mengandalkan QR code. Ia merangkai visual bergambar figur atau logo dalam lukisan yang bisa di-scan untuk mengetahui informasi tentang visual tersebut.

Tak hanya konsisten di bidang musik sebagai one finger guitarist, Mr D terus berkarya di dunia seni rupa. Ia berinovasi dengan menggabungkan visual QR code dan karya lukis. 

Item-item dalam QR code yang dirangkainya itu menjadi satu kesatuan. Membuat bentuk kode itu menjadi lebih artistik. Tak hanya berbentuk simbol-simbol rumit tapi bisa berupa wajah orang ternama sampai logo perusahaan atau instansi tertentu.

Dalam pameran Bermain dan Mempermainkan, ia menunjukkan perangkat gitarnya yang terkoneksi dengan smartphone. "Dengan alat ini, loop musik bisa langsung dilakukan," ujarnya.

BACA JUGA: Akhirnya! 4 Member BLACKPINK Perpanjang Kontrak dengan YG Entertainment

Mr D memainkan rythm dasar. Lalu nada itu disimpan dalam smartphone-nya yang ada di badan gitar. Kemudian melodi selanjutnya, disimpan lagi, hingga ia memainkan melodi pamungkas.

Dengan satu alat gitar saja, ia bisa memainkan komposisi Careless Whisper karya George Michael. "Kalau dalam seni rupa, saya terus mengeksplorasi QR art. Visual yang terhubung dengan website. Karena saya percaya, otak manusia lebih menyukai informasi visual. Otak memiliki area khusus yang bertanggung jawab memproses informasi visual tersebut," katanya. 

Area itu -yang disebut konteks visual- sangat besar, dan kompleks. Sebaliknya, otak memiliki area kecil yang dapat memproses informasi teks. "Maka, gambar lebih mudah dipahami daripada teks. Gambar dapat menyampaikan informasi yang cepat dan jelas," terangnya.
Tiga lukisan karya Mr D yang memainkan kodeisme yakni dari kiri Bung Karno, RM Sosrokartono, Elvis Presley. -Nadia Aliya/HARIAN DISWAY-

Visual dapat mencakup lebih banyak informasi dalam satu waktu. "Jadi dengan logo atau figur dipadu QR akan lebih mudah lagi dipahami. Karena dengan di-scan, kita akan mengetahui informasi tentang figur atau logo tersebut," ujar pria 63 tahun itu.

Seperti QR art dengan figur Bung Karno. Ketika di-scan menggunakan smartphone, penikmat bisa mengakses website berisikan kutipan kalimat terkenalnya: Kalau jadi Hindu, jangan jadi orang India. Kalau jadi Islam, jangan jadi orang Arab. Kalau jadi Kristen, jangan jadi Yahudi. Tetaplah jadi orang Indonesia dengan adat-budaya Nusantara yang kaya raya ini.

Figur Bung Karno dicitrakan dengan peci dan jas khasnya serta dalam posisi memberi hormat. Bidang-bidang persegi QR code tersebar di berbagai sudut yang justru tak mengganggu estetika komposisi terapi malah mendukungnya. Ia memberi aksen warna merah di kanan-kiri lukisan tersebut.

Figur seseorang berpakaian Jawa dipajang di dinding panggung. Blangkon hitam-putih yang konturnya melebur dengan bidang-bidang QR code. Figur itu mengenakan pakaian lurik biru bergaris-garis hitam, dengan jarik cokelat.

Bentuk persegi QR code yang lebih besar ada di beberapa bagian, hingga ditempatkan di bagian pundaknya. "Figur itu adalah sosok RM Sosrokartono. Coba saja di-scan. Akan banyak informasi tentang beliau," ujarnya.

Hanya saja lukisan itu dipajang di tempat yang kurang cahaya. Sehingga proses scanning membutuhkan waktu. Saat berhasil, website menunjukkan beragam informasi dari Google tentang sosok RM Sosrokartono. Wartawan perang, penerjemah, guru, sekaligus ahli kebatinan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: