Sebarkan Literasi Digital dalam Lingkup Keluarga

Sebarkan Literasi Digital dalam Lingkup Keluarga

Gali Ilmu Literasi Digital, meningkatkan kesadaran akan pentingnya edukasi literasi digital.--

PALU, HARIAN DISWAY - Penyebaran literasi digital perlu melibatkan masyarakat, khususnya dalam lingkup keluarga, untuk menciptakan ekosistem digital nasional yang baik. Hal itu mendorong Direktorat Pemberdayaan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Palu Provinsi Sulawesi Selatan dalam menyelenggarakan kegiatan Gali Ilmu literasi digital. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran akan pentingnya edukasi literasi digital.

 

“Kegiatan ini sangat bermanfaat terutama di era gempuran konten-konten yang biasanya masuk di handphone kita melalui internet. Mestinya kita bisa memfilter konten-konten yang tidak baik bagi kita,” jelas Camat Palu Selatan, Goenawan, S. S.T.P., saat kegiatan Gali Ilmu Literasi Digital di Aula Kantor Kecamatan Palu Selatan pada Jumat (15/3).

 

Dia mengatakan bahwa ada etika-etika yang harus dipelajari terkait cara bermedia sosial dan membuat konten yang baik. Dengan demikian, pada peserta seminar bisa menjadi pionir dalam masyarakat supaya tidak terjebak konten-konten negatif. “Kita bisa diskusi dan bertanya sehingga sepulang dari kegiatan ini bisa menyampaikan kepada keluarga kita, tetangga kita, saudara-saudara kita,” imbau Gunawan.

 

Dedy Aswan, dosen Universitas Negeri Makassar sekaligus pegiat literasi digital komunitas Tular Nalar, menjelaskan tentang hoaks dan cara menjaga data pribadi. “Hoaks adalah informasi yang tidak benar tapi dibuat seolah-olah benar. Ada tiga jenis hoaks. Yang pertama misinformasi yaitu berita yang salah tetapi karena kita meyakini itu benar maka kita ikut menyebarkannya, lalu malinformasi yaitu informasi benar yang memuat opini negatif, dan disinformasi yaitu informasi yang salah dan kita dengan sadar ikut menyebarkannya,” paparnya.

 

Menurut Dedy, ada beberapa cara kerja hoaks berdasar tujuannya. “Ada kacau isi dimana judulnya tidak sama dengan isi beritanya, lalu ada kacau diri yaitu isi beritanya menyerang sosok tertentu, dan kacau emosi dimana muatan beritanya sangat memantik emosi pembaca,” ujarnya.

 

Selain materi mengenai hoaks, Dedy juga memberikan tips bagaimana menjaga data pribadi sehingga peserta kegiatan dapat dengan aman dalam menggunakan teknologi informasi. “Ada beberapa tips untuk menjaga data prbadi. Jangan overshare atau terlalu banyak membagi data pribadi. Hidupkan pengaturan privasi di sosial media masing-masing dan setting ke mode private. Jangan lupa logout akun kita ketika menggunakan komputer publik seperti di kantor atau warnet, dan jangan kita memasukkan data pribadi di web yang tidak jelas,” urainya.

 

Jawara Internet Sehat dan Mentor Inkubator Bisnis Maleo Techno Center, Andi Rizki Hardiansyah, memberikan materi mengenai tools apa yang dapat digunakan untuk mendampingi anak di dunia digital. “Pertama, aktifkan Google safe search-nya, agar ketika anak melakukan pencarian di Google yang muncul hanya hal-hal yang relevan. Kedua, aktifkan mode terbatas di YouTube, sehingga video yang muncul adalah yang aman-aman, atau apabila anaknya masih balita kita bisa manfaatkan YouTube Kids karena kontennya khusus anak-anak. Dan yang terakhir ada aplikasi parental control. Saya sarankan pakai fitur Google family link, jadi kita punya akses penuh terhadap handphone anak kita,” paparnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: