Semesta Simbol dalam Hari Musik Nasional 2024 (1): Garudeya sang Penyembuh
Adegan pertarungan antara Garudeya melawan naga dalam drama musikal Katarsis Sang Garuda. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY
"Sebab saiki gede-cilik, enom-tuwo wes kepaten obor!,” ujarnya. Semua orang di negeri ini banyak yang mengabaikan semangat persaudaraan. Dari hari ke hari menjadi semakin individualis. Kehilangan rasa sosial dan abai terhadap sekitar.
Setelah dialog tersebut, ia meniup obornya. Adegan berganti dengan munculnya aktor-aktor cilik berpakaian hewan dan pepohonan. Mereka datang dari kanan-kiri panggung. Yang memegang daun jati naik ke atas panggung. Ia melambaikan daun-daun yang juga melambangkan latar hutan.
Jati juga bermakna kesejatian diri. Istilah kepaten obor dapat bermakna manusia yang kehilangan jati dirinya. Hewan-hewan yang dimainkan oleh para aktor tersebut mencerminkan naluri kebinatangan dalam diri manusia.
Mereka mampu mengkritik, mengejek, bahkan memiliki empati. Seperti dalam novel Animal Farm karya George Orwell. Ada empat aktor utama yang memerankan hewan. Yakni babi hutan, anjing, kera dan kijang.
Mereka mencoba bersekutu untuk melawan kesewenang-wenangan manusia yang ingin membabat hutan mereka. Namun, dalam proses mencari pemimpin, keempat hewan itu malah bertengkar. Tak ada yang mau mengalah.
"Kewan nangkene iki krisis identitas. Asu kudune nyokot sing banter, mbelani nuso bongsone. Njenggong sing banter ben iso mempertahankan sing bener. Mbelani sing bener," ujar tokoh kera.
Hewan di sini krisis identitas. Anjing harusnya bisa menggigit dengan garang, membela nusa bangsanya. Menggonggong yang keras, agar mampu mempertahankan kebenaran.
Mereka pun berkelahi masalah pemimpin. Anjing merasa punya kesetiaan, rusa merasa punya kecerdikan, dan kera dengan rakyatnya yang banyak.
Dewi Winata ditangkap oleh Dewi Kadru dan pasukan naga. Drama musikal Katarsis Sang Garuda meramaikan ajang Hari Musik Nasional yang digelar pada 8-9 Maret 2024. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY
Sedangkan tokoh babi hutan atau celeng, rela siapa saja menjadi pemimpin. "Mau kera, anjing, rusa, siapa saja boleh jadi pemimpin. Asalkan kalau sudah jadi pemimpin, anak saya tolong diberi jabatan," ujar tokoh babi hutan yang diperankan Shobirin.
Perselisihan itu diakhiri dengan keprihatinan keempat hewan tersebut pada sosok Garudeya yang ditawan. Mereka mencoba melawan untuk membebaskan Garudeya yang menjadi pemimpin mereka tersebut.
Perlahan, Garudeya melawan. Ia berhasil lepas dari cengkeraman, kemudian membebaskan Dewi Winata. Ibu Garudeya mengusap kepala anaknya.
Pementasan itu diramaikan oleh musisi Pritta Kartika dan Iroel Maulana. Keduanya membawakan lagu-lagu nasional. Salah satunya Bangunlah Putri Pertiwi karya Iwan Fals.
Usai pementasan, Heri menyampaikan pesan bahwa Katarsis Sang Garuda merupakan sarana penyembuh bagi manusia untuk meningkatkan rasa kemanusiaannya. "Kami sebagai seniman mengemban amanat untuk menjaga nilai-nilai kebaikan," tegasnya. (Heti Palestina Yunani-Guruh Dimas Nugraha)
BACA JUGA: Semesta Simbol Hari Musik Nasional 2024 (3): Keluarga WR Supratman Tolak Film Wage
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: