Cheng Yu Pilihan Rektor Universitas Surabaya Benny Lianto: Sheng De Bu Min

Cheng Yu Pilihan Rektor Universitas Surabaya Benny Lianto: Sheng De Bu Min

Cheng yu pilihan Rektor Universitas Surabaya Benny Lianto: sheng de bu min. --HARIAN DISWAY

HARIAN DISWAY - Anda mungkin termasuk orang yang beranggapan bahwa kesehatan adalah satu hal yang paling berharga di dunia.

Pernah suatu waktu ada kata-kata bijak yang mengatakan kira-kira begini, "Kenapa satu miliar berharga? Karena ada angka 1 di depan sembilan angka 0.

Begitu juga kesehatan bila dibandingkan dengan kekayaan. Kesehatan adalah 1, sedangkan kekayaan adalah sembilan 0 di belakangnya. Kalau angka 1 hilang, seberapa banyakpun 0 yang mengikutinya tak akan ada artinya."

Tetapi, ternyata ada yang menurut Billy Graham lebih tak ternilai harganya: karakter. Alias yang biasa kita sebut sebagai budi pekerti, akhlak, etika, atau moral itu.

BACA JUGA: Cheng Yu Pilihan Direktur Kerja Sama Kelembagaan Fakultas Bisnis dan Ekonomika Ubaya Adi Prasetyo Tedjakusuma: De Cai Jian Bei

"When wealth is lost, nothing is lost; when health is lost, something is lost; when character is lost, all is lost," kata Billy. Benny Lianto sepakat dengan penginjil ternama asal Amerika tersebut.

Bagi rektor Universitas Surabaya ini, karakter, budi pekerti, akhlak, etika, moral, atau apapun istilah yang Anda pakai untuk menyebutnya, mesti ditempatkan di atas dan di depan segalanya.

Memang, dalam khazanah falsafah Tiongkok klasik, etika menempati posisi paling utama dalam hampir semua hal –terlebih dalam menentukan siapa yang layak diberi jabatan penting yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. 

Untuk mencari pemimpin negeri, misalnya, sejak ribuan tahun lalu telah diajarkan patokan "德才兼备、以德为先" (dé cái jiān bèi, yǐ dé wéi xiān): yang beretika dan bertalenta, tapi yang beretika yang terutama.

BACA JUGA: Cheng Yu Pilihan Pengusaha dan Sosialita Christina Brennan: Xu Tan Fei Wu Fu Wen Fang Yao

Tentu, yang dinamai beretika bukan melulu diukur dari sopan/tidaknya perkataan/perilakunya; melainkan dari integritasnya.

Sebab, filsuf agung Konfusius mengingatkan, "Jika cuma memercayai kata-katanya, kita tidak akan tahu apakah ia benar-benar beretika atau pencitraan semata" (论笃是与, 君子者乎, 色庄者乎 | lùn dǔ shì yǔ, jūn zǐ zhě hū, sè zhuāng zhě hū).

Intinya, "盛德不泯" (shèng dé bù mǐn): yang beretika, akan terhormat selamanya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: