Reuni dan Romantisme Politik: Demi Masa Depan Bangsa?

Reuni dan Romantisme Politik: Demi Masa Depan Bangsa?

ILUSTRASI Reuni dan Romantisme Politik: Demi Masa Depan Bangsa?-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Padahal, aturan mensyaratkan umur minimal 40 tahun. Akan tetapi, putusan kontroversial Mahkamah Konstitusi (MK) yang diketuai oleh Anwar Usman, paman Gibran, memberikan peluang bagi siapa pun mengikuti pilpres asalkan pernah/sedang menduduki jabatan yang dipilih melalui pemilihan umum, termasuk pemilihan kepala daerah. 

Putusan kontroversial itu memberikan peluang bagi Gibran untuk mengikuti kontestasi. 

Persoalan tersebut kemudian merembet panjang sampai pilpres dan pascapilpres sehingga rekonsiliasi antara Joko Widodo dan Megawati hingga saat ini belum terwujud.

MENUMBUHKAN KESADARAN POLITIK

Sebagai makhluk sosial, seseorang menjalani kehidupan tanpa persahabatan bagaikan sayur tanpa bumbu, terasa hampa tak berasa. 

Artinya, persahabatan menjadi kunci utama untuk mewujudkan kehidupan sosial yang harmoni, kehidupan yang saling menunjukkan sikap simpati dan empati antar sesama. 

Sekalipun seseorang tidak lagi memiliki kekuasaan, dengan memiliki modal sosial berupa persahabatan sejati, ia akan dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.

Sebaliknya, seseorang yang tidak memiliki persahabatan sejati mengalami kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sosialnya, bahkan lingkungan sosialnya akan meninggalkannya. Apalagi, kekuasaan tidak lagi dimilikinya. 

Oleh karena itu, menjadikan persahabatan sejati sebagai bagian dari kewajiban sosial di mana pun dan kapan pun menjadi penting agar kehidupan yang dijalani bermakna, bahkan bernilai ibadah karena Tuhan tidak menilai seseorang dari rupa bentuk dan fisik termasuk harta dan takhta. (*)


*) Muhammad Turhan Yani adalah guru besar Fisipol, kepala LPPM Universitas Negeri Surabaya, dan ketua Komisi Pendidikan MUI Provinsi Jawa Timur.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: