Ekspos Karya-Karya UMKM: Gastrodiplomasi Cairkan Hubungan Antarbangsa

Ekspos Karya-Karya UMKM: Gastrodiplomasi Cairkan Hubungan Antarbangsa

ILUSTRASI ekspos karya-karya UMKM: gastrodiplomasi cairkan hubungan antarbangsa. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Teknis produksi itu meliputi kegiatan pemilihan bahan baku, proses produksi hingga pascaproduksi yang juga meliputi pengelolaan limbah. Dalam kuliner, kualitas dapat dinilai salah satunya dari cita rasa. Kesulitan yang sangat umum dialami makanan lintas negara adalah penyesuaian selera dengan penduduk lokal. Kebab Turki Baba Rafi yang mendunia contohnya. 

Memiliki 1.300 outlet yang tersebar di total sepuluh negara, Kebab Turki Baba Rafi yang menjajakan kebab sebagai makanan khas Turki selalu berinovasi terhadap rasa dan kualitas. Misalnya, menu seasonal-nya, Kebab Cheesy Black Ayam Geprek KTBR X Sara Fajira merupakan bukti inovasi Kebab Turki Baba Rafi dalam memadupadankan kebab sebagai makanan khas Timur Tengah dengan ayam geprek yang identik dengan menu favorit masyarakat Indonesia. 

Selain itu, di lain negara, Kebab Turki Baba Rafi mempertimbangkan kultur makan negara yang diekspansi pasarnya. Contohnya, di India tersedia menu dengan olahan daging ayam dan ikan, sementara di Belanda tersedia menu salad, sayur panggang, dan smoothies. Hal itu menjadi bukti bahwa produk kuliner yang ingin berhasil dalam menggaet pasar di mancanegara memerlukan kualitas yang sepadan dengan kultur masyarakatnya. 

Kedua, kuantitas. Kuantitas produk berarti jumlah atau volume dari produk UMKM yang akan diekspor. Untuk dapat tembus ke dalam pasar ekspor, buyer telah menentukan kuantitas produk yang harus dipenuhi. Maka dari itu, pelaku UMKM harus melakukan perencanaan terhadap sumber daya yang dimiliki, baik kemudahan bahan baku, kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, maupun teknologi yang mumpuni.

Ketiga, kontinuitas. Hal ini berkaitan erat dengan kuantitas produk, di mana ekspor membutuhkan kesinambungan atau keberlanjutan sehingga pasokan barang dapat terus terjaga. Oleh karena itu, pelaku UMKM dituntut untuk dapat bersinergi dan berkolaborasi, terutama dengan pemasok bahan baku melalui kerja sama kemitraan. Hal itu perlu dilakukan supaya bahan baku dapat tersedia dengan mudah sehingga mendukung proses produksi dengan baik. 

Itulah mengapa perlu adanya berbagai kolaborasi antara berbagai lapisan, baik dari aktor pemerintah maupun aktor non pemerintah. Gastrodiplomasi sebagai soft power yang memanfaatkan kuliner sebagai kebudayaan bangsa yang tangible sudah seharusnya diekspos ke mata dunia. 

Dengan begitu, gastrodiplomasi tidak sebatas menguntungkan pihak-pihak yang terlibat langsung, tetapi juga membawa dampak bagi citra bangsa, salah satunya pengembangan pariwisata. (*)


*)Hendy Setiono adalah founder & Group CEO Baba Rafi Enterprise, pengurus Pusat BPP HIPMI, wakil ketua umum UMKM Kadin Surabaya, dan koordinator Fanta Berbagi TKN Fanta.--

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: