Kepala BNPB Kunjungi Pengungsi Lewotobi
Menko PMK Pratikno dan Kepala BNPB Letjen Suharyanto di lokasi pengungsian Desa Konga, Kabupaten Flores Timur pada Minggu, 24 November 2024-BNPB-
HARIAN DISWAY - Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto, S.Sos., M.M kembali ke Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur pada Minggu, 24 November 2024. Pada kesempatan ini Kepala BNPB mendampingi Menko Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc melakukan kunjungan kerja ke beberapa lokasi.
Turut hadir dalam kegiatan ini Wakil Menteri Dalam Negeri, Kepala Basarna, dan juga Kepala PVMBG.
Tiba di Kabupaten Flores Timur pada pagi hari, rombongan memulai kegiatan meninjau perkembangan penanganan erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki dengan rapat koordinasi dengan sejumlah pihak yang terlibat. Itu dilakukan di Kantor Bupati Flores Timur.
Rapat ini membahas sejauh mana penanganan yang telah dilakukan seluruh unsur sejak erupsi yang terjadi hampir tiga minggu yang lalu.
Selanjutnya, rombongan meninjau gudang logistik yang barang bantuan untuk masyarakat yang terdampak erupsi. Di gudang ini, Menko PMK mendapat penjelasan dari Kepala BNPB terkait stok barang bantuan yang masih cukup untuk beberapa minggu ke depan dan BNPB juga akan menambahkan kembali jika memang masih diperlukan. Kepala BNPB memastikan bahwa barang yang tersedia dalam kondisi baik dan dapat dipergunakan oleh masyarakat.
Setelah meninjau gudang logistik, rombongan bertolak ke Pos Pengungsian Lewolaga dan berdialog dengan pengungsi sekaligus meninjau fasilitas yang ada di pos pengungsian tersebut.
Kemudian agenda dilanjutkan dengan melihat langsung ke lokasi pembangunan hunian sementara dan juga hunian tetap.
Menko PMK mengatakan, masyarakat yang dalam radius berbahaya sedang disiapkan tempat relokasi. “Di bawah kendali Kepala BNPB, sudah mulai dibangun hunian sementara (huntara), dalam waktu dua bulan ke depan huntara sudah jadi,” ucap Pratikno.
Huntara disiapkan pemerintah bagi masyarakat sambil menunggu rumah hunian tetap di tempat relokasi selesai dibangun. Pembangunan hunian tetap tentu memerlukan proses yang cukup matang, mengingat pemerintah tidak bisa membangun dengan tanpa adanya kajian terkait keamanan dari potensi terdampak erupsi di kemudian hari.
“Meninjau kesiapan lokasi untuk hunian tetap, hunian tetap ini harus dipikirkan secara matang, tidak hanya membangun rumah tapi membangun kehidupan oleh karena itu sisi sosial jadi pertimbangan penting, juga memikirkan sumber ekonomi masyarakat,” ungkapnya.
“Kita jangan menjauhkan warga dari kebunnya, kalau bisa kebunnya lebih dekat dijangkau dari hunian tetap. Masih perdalam (dikaji) lagi, kita menjaga betul agar pindah ini justru meningkatkan kualitas hidup masayarakat,” tutup Pratikno.
Pada kesempatan yang sama, Letjen TNI Suharyanto menjelaskan semua lokasi yang akan dijadikan hunian tetap ini masih terus dilakukan perencanaan yang matang. Karena lahan yang akan dijadikan relokasi berasal dari bermacam-macam kepemilikan, ada yang menggunakan Kawasan hutan lindung, hibah dari masyarakat dan adat.
Fasilitas permakanan di kamp pengungsi warga terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki -BNPB-
“Lahan yang ada merupkan hutan lindung, tanah adat besok dalam proses mediasi, ada tanah yang sudah diserahkan pemilik. Sehingga harus jelas. Masyarakat mau relokasi terpusat (yang ditetapkan), tidak ada penolakan, sampai saat ini ada juga sebagian yang mau relokasi mandiri.” kata Suharyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: