Kasus Ria Beauty, IDI Jelaskan Risiko Penggunaan Treatment Derma Roller dan Derma Pen
Maraknya produk kecantikan serampangan membuat IDI menyuarakan betapa rumitnya produk kecantikan. --freepik
BACA JUGA:Serba-serbi Hari Dokter Nasional 24 Oktober: Sejarah, Tujuan, Tema dan Logo Peringatan 2024
Muji Iswanty menjelaskan bagaimana cara membedakan produk kecantikan asli dan palsu. --HARIAN DISWAY
Sementara proses untuk mendapatkan spesialisasi di dua bidang tersebut merupakan perjalanan yang panjang. Butuh waktu 9 tahun untuk bisa mendapatkannya. Ada banyak hal yang harus diketahui oleh dokter spesialis guna melakukan hal tersebut. Misalnya berapa persen takaran merkuri dan hidroquinon untuk kondisi kulit tertentu.
Sementara itu, Ria Agustina diketahui bukan berasal dari latar pendidikan medis kecantikan.
Lebih jauh, Muji menjelaskan jika takaran merkuri dan hidroquinon pada suatu produk berlebih, maka kulit pengguna akan timbul bercak ungu kehitaman. Dan itu juga menunjukan bahwa produk tersebut sudah digunakan selama beberapa waktu. Tak hanya kulit yang terdampak, dia juga menjelaskan ada berbagai masalah kesehatan yang ditimbulkan.
"Misalnya gagal ginjal, infeksi paru-paru dan kanker kulit," tuturnya. Karenanya urgensi untuk mendisiplinkan produk-produk kecantikan perlu segera dilakukan. Muji juga menambahkan ada juga perawatan kulit yang disalah gunakan. Yaitu perawatan yang menggunakan dermaroller atau dermapen.
BACA JUGA:Kecerdasan Spiritual dan Emosional: Bekal Penting bagi Dokter dalam Menangani Pasien
BACA JUGA:Nobel Kedokteran 2024
Memang betul kata Muji bahwa penggunaan kedua alat itu bisa efektif untuk peremajaan kulit, tetapi dia menekankan bahwa tidak boleh dilakukan sembarang orang. Karena penggunaan dermaroller atau dermapen melibatkan jarum. Oleh karena itu, perawatan setelahnya harus tepat agar tidak membuat kulit infeksi.
"Metode yang digunakan pada dermaroller atau dermapen adalah menusukan jarum-jarum pendek, lalu mengoleskan obat ke atas lubang-lubang yang dibuatnya," jelasnya. Nah, obat yang digunakan juga tidak boleh sembarangan. Hanya ada 2 zat yang boleh dioleskan: vitamin c dan platelet rich-plasma (PRP).
Dan kedua zat tersebut tidak boleh diaplikasikan langsung. Cukup salah satunya saja agar hasilnya maksimal dan tidak menimbulkan infeksi. "Mungkin vitamin c sudah sering kita dengar, tetapi untuk PRP? Kita jarang tahu tentang zat itu?" katanya.
PRP adalah sel plasma darah kita yang sudah dipisahkan lewat metode sentrifugasi. Sehingga, untuk mendapat PRP dokter wajib mengambil darah pasien untuk diolah. Dengan demikian menunjukan bahwa betapa rumit dan kompleks untuk mendapatkan perawatan kulit yang maksimal.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: