Keberpihakan kepada Ibu, Menuju Kesetaraan Gender

Rendahnya TPAK perempuan dipengaruhi berbagai faktor. Di antaranya adalah beban tanggung jawab yang berat, kurangnya akses terhadap pendidikan dan pelatihan, serta diskriminasi gender di tempat kerja yang sampai saat ini tidak ada bedanya dan masih berlaku.

Hari Ibu seharusnya menjadi momentum refleksi bagi kita semua. Sudahkah kita benar-benar menghargai peran ibu? Sudahkah kita berupaya mewujudkan kesetaraan gender dalam keluarga dan masyarakat? 

Peringatan Hari Ibu tidak cukup hanya dengan ucapan dan hadiah. Dibutuhkan aksi nyata dengan keberpihakan kepada ibu untuk meningkatkan kesejahteraannya dan mewujudkan kesetaraan gender. 

Pemerintah perlu meningkatkan akses ibu terhadap banyak hal seperti pendidikan, pelatihan, dan pekerjaan. Program-program pemberdayaan perempuan perlu diperluas dan diperkuat. Perlindungan sosial bagi ibu rumah tangga juga perlu diperhatikan secara saksama. 

Di tingkat keluarga, pembagian peran dan tanggung jawab harus secara adil. Antara suami dan istri perlu diterapkan serta dibudayakan. Suami harus turut berperan dalam pengasuhan anak dan urusan rumah tangga. 

Masyarakat juga perlu mengubah mindset yang selama ini masih menganggap tanggung jawab mengurus rumah tangga adalah tugas utama perempuan. Apresiasi dan penghargaan terhadap peran ibu rumah tangga perlu ditingkatkan dari kalangan mana pun.

Hari Ibu bukan perayaan seremonial belaka. Salah satunya menjadi momentum untuk sadar akan diri sendiri, apakah kita telah menghormati perjuangan ibu. Saatnya merenung dan menyadari apa yang telah kita lakukan untuk ibu. Juga, berkomitmen mewujudkan kesetaraan gender demi masa depan yang lebih baik. 

Itulah bentuk keberpihakan kepada ibu. (*)

*) Hadi Asrori adalah mahasiswa Pascasarjana Jurusan Ilmu Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Airlangga, Surabaya.

 

Sumber: