Keberpihakan kepada Ibu, Menuju Kesetaraan Gender
ILUSTRASI keberpihakan kepada ibu, menuju kesetaraan gender. Hari Ibu di Indonesia diperingati setiap 22 Desember. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Hari Ibu 22 Desember Usung Tema Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya
Ibu tak hanya melahirkan dan mengasuh, tapi juga menjadi manajer andal di rumah tangganya. Sebut saja ”menteri keuangan” keluarga, bahkan ”guru privat” bagi anak-anaknya. Bukan hanya itu. Ibu juga sebagai dokter pribadi keluarga yang menjadi garda terdepan saat keluarganya sakit.
Namun, ironisnya, ibu rumah tangga sering dianggap sepele, remeh, bahkan dipandang rendah. Tak ada gaji, tak ada cuti, tak ada penghargaan layaknya pekerjaan profesional pada umumnya. Padahal, jika dihitung dengan upah minimum regional (UMR), nilai ekonomi pekerjaan yang dilakukan seorang ibu rumah tangga bisa mencapai jutaan rupiah per bulan!
Kondisi itu makin parah dengan melihat beban ganda, bahkan berkali lipat, yang ditanggung banyaknya ibu di Indonesia. Tak sedikit ibu yang harus bekerja multitasking di ruang lingkup formal dalam mencari nafkah tambahan demi mencukupi kebutuhan keluarga.
BACA JUGA:Ibu Berdaya Lewat Laz Affiliates, Kisah Inspiratif Putri Lasim di Hari Ibu 2024
BACA JUGA:Sejarah Hari Ibu yang Diperingati 22 Desember 2024
Mereka berjibaku dengan membagi waktu antara pekerjaan, pengasuhan anak, dan urusan rumah tangga lainnya. Kelelahan fisik dan mental menjadi makanan sehari-hari yang dihadapi tanpa ada kata pamrih dan menyerah.
Lalu, di mana letak ”kesetaraan gender” yang selama ini digaungkan dunia?
Jika disimak dari teori peran gender dan realitasnya, teori peran gender menjelaskan bagaimana masyarakat membangun cara berpikir dan paham terhadap perilaku laki-laki dan perempuan.
Secara tradisional, perempuan disangkutpautkan dengan peran domestik (reproduktif). Sementara itu, laki-laki diharapkan mendominasi ranah penting atau bersifat menguasai peran publik (produktif).
BACA JUGA:Mengomunikasikan Esensi Hari Ibu: Bersuara Lebih Lantang
BACA JUGA:Ini Perbedaan Antara Hari Ibu dan International Mother’s Day, Bukan Hanya Soal Tanggal
Sayang, pada konstruksi sosial, itu sering kali menjebak perempuan dalam ruang lingkup itu-itu saja. Ibu diharapkan menjadi sosok panutan yang penuh pengabdian, mengorbankan kepentingan pribadi demi keluarga. Kondisi itu membatasi akses perempuan dalam pendidikan, pekerjaan, ataupun partisipasi publik.
Terkait ibu dan kesenjangan gender, hal itu masih menjadi permasalahan serius hingga saat ini. Indeks pembangunan gender (IPG) Indonesia tahun 2022 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-104 dari 191 negara di dunia. Salah satu dampak yang memengaruhi IPG adalah partisipasi perempuan di dunia kerja.
Survei membuktikan pada tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan di Indonesia masih di bawah, yaitu 53,66 persen, pada 2022. Jika dibandingkan, angka itu jauh di bawah TPAK laki-laki yang mencapai 83,28 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: